MAKASSAR, MATASULSEL – Pemikiran Bung Hatta kembali dibincangkan dalam program “Membaca Kembali Bung Hatta” Seri ke-10, yang digelar di Kantor Ma’REFAT INSTITUTE pada Minggu, 14 September 2025.

Diskusi rutin kali ini, menghadirkan dua pemantik sekaligus pembaca buku, yakni: Muhammad Satriawan Hamsari, S.P (Peminat Gerakan Koperasi dan Pelaku UMKM) serta Arifin, S.AP., M.AP (Plt. Kabid PPMPI – Pemerintahan, Pembangunan Manusia, Perekonomian dan Infrastruktur – Bappelitbangda Kabupaten Takalar).

Satriawan sebagai pemantik pertama membuka diskusi dengan pertanyaan: Dapatkah industri rakyat didirikan dalam bentuk koperasi? Menurutnya, industri saat ini lebih banyak berorientasi pada keuntungan semata demi memperkaya pemilik modal. Industri swasta hanya menguntungkan pemilik perusahaan, sementara industri negara seharusnya diperuntukkan bagi kesejahteraan masyarakat, dengan catatan dipimpin oleh orang yang cerdas dan idealis.

Koperasi, lanjutnya, dapat menjadi solusi karena tidak semata-mata mengejar laba, melainkan mengutamakan manfaat bagi anggotanya. Agar berhasil, industri koperasi harus dikelola dengan disiplin kerja layaknya perusahaan profesional. Setiap anggota harus berperan sesuai kapasitas dan profesionalismenya demi keberlanjutan usaha. Beberapa poin yang ia sampaikan antara lain; Sistem Magersari: Feodalisme Gaya Baru, Koperasi Pertanian, serta Pentingnya Koperasi di Negara Berkembang.

Sementara itu, Arifin mengawali presentasinya dengan memaparkan tiga arah utama gerakan koperasi di Indonesia, yaitu:

1. Memperbaiki nasib bersama melalui koperasi.
2. Mengembalikan koperasi ke jalan yang benar.
3. Menghidupkan kembali semangat gotong royong.