Oleh karena itu, informasi hoaks biasanya sangat provokatif guna menstimulasi perasaan dan tindakan tertentu secara cepat (attention to action). Pola pengulangan transmisi informasi yang seperti ini bisa juga dilakukan untuk kepentingan yang bersifat official dan positif, namun dalam konteks penyebaran hoaks jelas dimaksudkan untuk sesuatu yang bersifat negatif.

Perlu Strategi

Hoaks merupakan informasi yang dirancang baik konten maupun pola transmisinya, sehingga dapat dikatakan sebagai tindakan komunikasi yang terorganisir karena itu perlawanannya perlu strategi. Dalam level pemerintahan, langkah yang dilakukan oleh Kominfo dan Polri sudah tepat sebagai kombinasi pendekatan yang bersifat preventif dan represif.

Begitu pula dengan kebijakan Gugus Tugas penanganan Covid-19 yang menyediakan akses informasi terverifikasi serta layanan online bagi masyarakat untuk mengklarifikasi informasi yang potensial menyesatkan yang beredar.

Langkah ini perlu diefektifkan dengan tindakan preemtive memberikan edukasi pada masyarakat tentang berbagai yang penting dan perlu diketahui oleh masyarakat terkait penanganan Covid-19. Hal ini tidak hanya untuk mengatur lalu lintas informasi yang kredibel, tetapi juga mencegah masyarakat terpapar hoaks.

Selain itu, pemerintah juga perlu untuk meningkatkan sinergi dan mendorong para operator platform media sosial untuk mengambil langkah yang efektif dalam memfilter, mencegah dan menutup akun-akun medsos yang digunakan sebagai sarana penyebaran hoaks.

Kerjasama ini penting dengan membuka akses bagi patrol siber untuk melakukan pelacakan dan penegakan hukum terhadap para pelaku penyebar hoaks dimasa pandemik Covid-19. Penegakan hukum terhadap pelaku hoaks diharap memberikan efek jera dan mencegah pelaku lain untuk bertindak.

Dalam situasi ini, masyarakat perlu untuk dilindungi dari hoaks yang merupakan teror psikologis massa dan dapat membahayakan masyarakat. Masyarakat perlu dijaga ketenangan psikologisnya sebagaimana seorang pujangga Romawi, Decimus Iunius Juvenalis dalam Satire X, menyebut mens sana in corpore sano, jiwa yang sehat terdapat tubuh yang sehat.(*).

Terbit : Jum’at, 24 April 2020.

Sumber : Toni Ervianto Alumnus Pasca Sarjana Universitas Indonesia (UI).