Membaca dan Menulis, Jejak yang Ditinggalkan di Workshop Literasi SMAN 2 Jeneponto
Oleh : Rasty Amelia Putri (peserta/Pelajar Kelas XI SMAN 2 Jeneponto)
Kami berkesempatan mengikuti sebuah kegiatan yang sangat berkesan, Workshop yang menggetarkan diselenggarakan oleh UPT SMAN 2 Jeneponto, Rabu (4/6/2025).
Kegiatan ini bukan sekadar acara formal, melainkan sebuah ruang belajar yang menghidupkan kembali semangat literasi di kalangan pelajar.
Bertempat di Aula SMAN 2 Jeneponto, workshop ini menghadirkan suasana yang hangat namun penuh makna. Dihadiri tidak kurang dari 100 siswa-siswi SMAN 2 Jeneponto serta narasumber inspiratif, acara ini membahas pentingnya menjaga semangat membaca. Workshop ini adalah “Kegiatan Workshop dan Lomba Literasi/Numerasi.”
Acara dibuka oleh Kepala Sekolah, Timung S.Pd MP.d, yang berharap siswa-siswi SMAN 2 Jeneponto dapat menjadi sekolah dengan tingkat literasi yang tinggi. Saya merasa bersemangat sejak awal, duduk di antara puluhan peserta lain dengan rasa penasaran dan siap menyerap ilmu sebanyak – banyaknya. Ini adalah kesempatan langka bagi saya untuk memperluas wawasan di luar ruang kelas.
Materi dibawakan oleh Haerullah Lodji SKM, direktur Lembaga Pattiro Jeka, memberikan banyak tips tentang mengapa kita kadang malas membaca dan pentingnya literasi. Salah satu kalimat yang membekas dalam ingatan saya adalah:
> “Tulis apa saja yang kalian pikirkan, karena apapun yang kalian tulis itu sudah keren.”
Kalimat singkat ini membuat kami semakin semangat dan yakin akan apa yang kami tulis. Setelah itu, kami diajak untuk mengikuti sesi praktik menulis kreatif dengan mengubah beberapa kata di sebuah lagu. Suasana menjadi heboh dan menyenangkan, mendorong kami untuk bekerja sama dan berkolaborasi.
Salah satu bagian yang paling saya sukai adalah sesi permainan yang berdiri tanpa suara. Kami melakukan berbagai cobaan untuk meningkatkan fokus dan konsentrasi. Dari banyak suara hingga akhirnya berdiri dalam hening, permainan ini mengajarkan kami bahwa membaca buku dengan menyenangkan memerlukan konsentrasi dan kerja sama.
Setelah mengikuti workshop ini, kami semakin yakin bahwa literasi bukan sekadar membaca buku atau menulis tugas sekolah. Literasi adalah tentang memahami kehidupan, menyampaikan gagasan dan mengekspresikan perasaan.
Literasi membuat saya lebih berani bermimpi dan menyusun langkah untuk meraihnya.
Sebagai seorang remaja yang sedang mencari jati diri, kegiatan ini sangat berarti. Saya belajar bahwa menulis adalah bentuk keberanian, membaca adalah investasi diri dan berbagi tulisan adalah bentuk kepedulian kepada sesama. Saya berharap kegiatan seperti ini terus diadakan, agar semakin banyak remaja yang sadar bahwa literasi adalah kekuatan.
Workshop literasi hari ini bukan hanya memberikan ilmu, tetapi juga menyalakan bara semangat dalam diri kami. Saya pulang dengan membawa catatan penuh inspirasi dan tekad untuk lebih rajin membaca, menulis serta menyebarkan semangat literasi kepada teman-teman saya.
Bahkan, saya sudah membuat buku referensi yang menjadi pelampiasan luka dan emosi saya. Dengan adanya workshop literasi, saya semakin semangat untuk membaca dan menulis buku, berharap suatu saat bisa menjadi narasumber seperti yang saya temui hari ini.
“Jika ingin dikenal dunia, jadilah pembaca setia. Jika ingin dikenang dunia, jadilah penulis yang setia.”
Langkah kecil hari ini bisa jadi pijakan besar di masa depan.