Membangun Ekonomi Bangsa di Ramadhan Mubarak
“Catatan memasuki 1 Ramadhan 1445 H”
Oleh : Mustaufiq.,S.IP.,SE.,M.Si.,MH.
(Dosen Pengajar Institut Turatea Indonesia)
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2024 oleh sejumlah lembaga memperkirakan besaran pertumbuhan perekonomian Indonesia antara lain World Bank sebesar 4,9%, ADB dan IMF sebesar 5,0% serta OECD sebesar 5,2%. Proyeksi tersebut membawa angin segar pada sektor pembangunan ekonomi secara makro. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi sebuah bangsa yang berdaulat. Indikator pembangunan ekonomi memiliki acuan yang digunakan untuk menilai keberhasilan suatu negara dalam pembangunan ekonomi. Dalam Indikator pembangunan ekonomi mengacu pada kumpulan variabel atau ukuran yang digunakan untuk mengukur dan menganalisis kinerja ekonomi suatu negara, daerah, atau wilayah.Indikator tersebut memberikan ilustrasi tentang pertumbuhan ekonomi, stabilitas, distribusi pendapatan, kesejahteraan masyarakat, dan berbagai aspek penting lainnya yang terkait dengan pembangunan ekonomi.
Memasuki bulan Suci Ramadahan, di prediksi akan terjadi lonjakan permintaan komuditas kebutuhan konsumsi oleh masyarakat. Hal ini dipicu oleh daya konsumsi meningkat dan budaya serta kebiasaan sebahagian dari masyarakat menjadikan bulan ramadhan sebagai bulan berbagi. Selain itu, hampir pasti munculnya pelaku sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) musiman menjadi salah satu pemicu pergerakan ekonomi mikro di tengah masyarakat. Jika potensi ini dapat di kelola dengan baik maka upaya pemabangunan dan pertumbuhan ekonomi secara makro akan terstimulasi dengan positif. Selain itu, arus mudik yang terjadi di awal dan penghujung ramadhan dapat menjadi piranti pendukung dari sektor moda transportasi dalam menyumbang pergerakan ekonomi. Olehnya yang mesti di jaga ialah, pola konsumsi yang berlibah oleh masyarakat akan memicu melonjaknya harga yang berdampak pada inflasi terhadap komuditi tertentu. Sebaliknya jika daya serap rendah membuat nilai beli rendah akan berdampak pada deflasi pada sektor ekonomi.
Momentum Ramadhan ini, harus menjadi pemantik bagi pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi dengan melakukan proteksi terhadap laju pergerakan ekonomi di tengah masyarakat, seperti dengan melakukan operasi pasar melalui pasar murah guna menekan melonjaknya harga komuditas bahan pokok, memastikan distribusi pasokan bahan pokok yang lancar, dan menjaga ketersediaan stok yang cukup. Jika pola antisipasi ini mampu di lakukan maka dipastikan bahwa bulan ramadhan tahun ini akan menjadi bulan mubarak dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi pasca perhelatan pesta demokrasi lima tahunan yakni pemilu yang berlangsung 14 Februari 2024 sebulan yang lalu. Marhaban yaa Ramadhan, marhaban syahrul Mubarak. (*)