Membangun Jembatan Moderasi Beragama : Dialog Lintas Agama Indonesia-Serbia
Dalam dunia yang semakin terhubung, dialog lintas agama menjadi kunci untuk membangun kedamaian dan toleransi.
Ini adalah langkah penting, terutama bagi negara-negara yang memiliki keragaman budaya dan agama seperti Indonesia dan Serbia.
Prof. Dr. Wardah Nuroniyah, seorang guru besar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, baru-baru ini melakukan wawancara dengan Jovana Raković, pejabat Kementerian Kehakiman Serbia, untuk mendalami upaya moderasi beragama di kedua negara.
Hasil diskusi ini tidak hanya menggambarkan komitmen terhadap kebebasan beragama, tetapi juga harapan untuk masa depan yang lebih harmonis.
Serbia, dengan konstitusi yang menjamin kebebasan beragama, menunjukkan komitmen yang jelas terhadap pluralisme.
Raković menjelaskan bahwa setiap individu memiliki hak untuk mengekspresikan kepercayaan mereka tanpa paksaan. Dengan tujuh komunitas agama yang diakui, termasuk Gereja Ortodoks Serbia dan Komunitas Islam, pemerintah memberikan dukungan anggaran yang proporsional berdasarkan jumlah penganut.
Ini adalah contoh nyata dari “diskriminasi positif”, di mana komunitas kecil diberikan porsi anggaran lebih untuk memastikan pertumbuhan dan keberlanjutan mereka.
Di bidang pendidikan, Serbia menawarkan kelas agama sesuai keyakinan siswa, menciptakan ruang bagi pemahaman dan toleransi antaragama.
Pendekatan ini sejalan dengan upaya Indonesia dalam menerapkan prinsip Pancasila yang menghargai keragaman. Dialog yang telah terjalin sejak tahun 2011 antara kedua negara menunjukkan bagaimana keduanya dapat belajar satu sama lain dalam mengelola keragaman.
Dialog lintas agama yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade ini menciptakan jembatan antara Indonesia dan Serbia.
Raković mengungkapkan keinginannya untuk melanjutkan dialog ini, dengan rencana pertemuan keenam di Indonesia pada tahun 2026. Melalui interaksi ini, kedua negara dapat saling berbagi pengalaman dalam menangani keragaman agama, yang sangat penting di tengah tantangan global saat ini.
Wardah menekankan bahwa dialog lintas agama adalah manifestasi nyata dari moderasi beragama. Pertemuan ini tidak hanya memperkuat hubungan bilateral, tetapi juga memberikan dampak positif di tingkat masyarakat. Kegiatan di lapangan harus terus ditingkatkan, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas, untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif.
Dengan semangat kolaborasi, hubungan antara Serbia dan Indonesia dalam mempromosikan moderasi beragama diharapkan memiliki masa depan yang cerah.
Raković dan Wardah sepakat bahwa komitmen kuat dari kedua belah pihak untuk terus belajar dan bekerja sama adalah kunci keberhasilan. Melalui dialog dan kerjasama, kita dapat membangun masyarakat yang lebih toleran dan damai, di mana setiap individu merasa dihargai dan diakui.
Membangun jembatan moderasi beragama melalui dialog lintas agama adalah investasi untuk masa depan yang lebih baik. Dalam dunia yang kerap dipenuhi konflik dan ketegangan, pendekatan seperti ini memberikan harapan bagi terciptanya harmoni dan saling pengertian.
Indonesia dan Serbia, melalui upaya moderasi beragama, menunjukkan bahwa keberagaman bukanlah penghalang, melainkan kekuatan yang dapat memperkaya kehidupan bersama.
Dialog ini adalah langkah penting menuju masyarakat yang lebih inklusif dan damai, di mana setiap orang dapat hidup berdampingan dalam keharmonisan.