Menakar Figur, Menerka Visi, Menentukan Pilihan
Abraham Lincoln, mengartikan demokrasi adalah sebuah sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (democracy is goverment of the people, by the people, for the people) yang kemudian dikenal sebagai demokrasi modern. Berangkat dari pemikiran tersebut, melahirkan sistem demokrasi perwakilan (representative democracy). Atau dengan kata lain Pengisian jabatan kepala daerah menggunakan pemilihan langsung (direct democracy). Tetunya dengan harapan akan terpilih pemimpin yang bijak dalam memimpin. Tidak hanya mampu bernarasi pada tataran konsep tetapi premature dalam aksi, tidak pula hanya mengandalkan financial tapi lemah dalam barganing politik.
Mencuatnya beberapa figur politisi lintas generasi saat ini, mulai menjadi perbincangan di meja pojok kedai kopi sehingga mengikis derasnya arus narasi hasil perhitungan KPU RI terhadap hasil Pemilu legeslatif yang sudah berjalan beberapa waktu yang lalu. Ini menandakan bahwa, masyarakat mulai tergoda dan teriming dengan tontonan atraksi setiap Bakal Calon Bupati maupun bakal Calon Wakil bupati kedepan. Jika momentum ini di manfaatkan sebagai Coaching clinic politic maka kita boleh berekspektasi bahwa, kedepan akan muncul banyak figur yang hebat secara konsep dan jawara pada aksi. Masyarakat harus cerdas melihat, memilih, dan memilah sosok yang memiliki visi dan misi membangun daerah dengan memanfaatkan potensi lokal sebagai episentrum pembangunan berkarakter local wisdom.
Jika kita telah menakar dan menerka kemampuan dan potensi para figur jawara politik saat ini, maka keputusan akhirnya adalah bagaimana kita menjatuhkan pilihan dengan merujuk pada visi dan misi yang di tawarkan namun bukan sekedar dibibir sebagai pemanis dan tidak pula sebatas di telinga sebagai penyemangat semu. Visi misi harus membumi tidak melangit, harus dirasa tidak sekedar merasa, masyarakat butuh kepastian tidak sekedar janji penenang jiwa. Beda pilihan wajar, tak sama dukungan manusiawi, tapi jalinan kekerabatan, persaudaraan, pertemanan, persahabatan jangan ternodai karena sebuah pesta yang pastinya hanya datang 5 tahun sekali. (*)