Disaat kita melihat penindasan atas para pejuang-pejuang tangguh bangsa era modern, para pahlawan tanpa jasa misalnya, salah seorang guru yang ada di kabupaten parepare provinsi sulawesi selatan yang bernama Ibu Darma. Seperti yang dilansir oleh www.posmetro.info (Sabtu 29/7).

Kini ibu darma tengah disandung kasus kekerasan karna di tuding melakukan pemukulan terhadap siswanya yg enggan melaksanakan shalat duhur.

Sangat keji rasanya melihat oknum yang sangat tidak berperikemanusiaan ini dalam menindaki insiden yang tengah terjadi di kota parepare tersebut.

Bila saja semua lapisan masyarakat dan struktur pemerintahan menyadari bahwa, betapa miris dan memalukannya melihat semua kejadian-kejadian yang tidak senonoh ini, hanya karena di perintahkan shalat, hanya karena di berikan sedikit sentuhan oleh guru, lalu ia melaporkannya kepada pihak keamanan dalam negara, bahkan sangat gilanya karena dari pihak kejaksaan telah memvonis dan memenjarakan ibu darma ini. Dimana beliau adalah seorang guru yang tugasnya mendidik, namun kini jasa-jasanya tak lagi ternilai dimata hukum yang tumpul keatas namun tajam kebawah.

Telah kita lihat pula begitu banyak solidaritas dan simpatisan yang mendukung ibu darma dan mengecam tindakan penegak hukum yang sesungguhnya bisa kita anggap sangat keliru karena telah menempatkan status seorang guru menjadi seorang penjahat kelas kakap tanpa ampun.

Gelombang massa dan dukungan terus mengalir kepada ibu Darma dari Saudara-saudara pemuda dan mahasiswa Muhammadiyah UMPAR dan Parepare, Kopera, IGI, PGHI, dan komunitas Parependen, serta yang lainnya yang tak sempat di sebutkan satu persatu. Kini mereka bersatu untuk melawan ketidak adilan yang sangat tolol ini. Bahkan ketua Kospera yakni Muh Nasir Dollo selaku Dosen Fakultas Hukum Umpar yang sejak awal beliau telah mengawal kasus tersebut dan memastikan vonis terhadap Ibu Darma ia akan mementahkan karna sangat banyak keganjalan didalamnya.

Beliau menyampaikan bahwa “citra parepare sebagai kota peduli pendidikan semakin tercoreng,” tegas Muh Nasir Dollo.

Ketahuilah sekalian, bahwa generasi hari ini yang masih duduk di bangku sekolah, mayoritas menjadi kader generasi manja yang memalukan, ia tak lagi mampu menerima pendidikan karakter yang sangat baik dari para guru yang sangat peduli terhadap diri siswa dan keluarga siswanya. Betapa tidak, kasus ini adalah kasus yang berawal karena adanya perintah untuk shalat. Bukankah itu sebuah perintah yang sangat mulia, bahkan ibu guru ini telah membantu orangtua murid untuk meringankan bebannya sebagai orangtua yang wajib membimbing anaknya untuk menjadi anak yang berbudi luhur dan taat kepada Tuhan yang Maha Esa.

Sekali lagi, perintah ini adalah perintah yang sangat istimewah, dan semestinya para orangtua murid itu harus berterimakasih kepada guru-guru yang memiliki hati yang sangat mulia ini. Bukannya malah melaporkan dan memenjarakannya.

Harus di sadari, kalau ternyata semua ini karena kebijakan-kebijakan dari penguasa yang keliru, otak dan pemikirannya tidak lagi mampu mengurusi dengan baik nasib bangsa dan penerusnya. Justru hadirnya kebijakan-kebijakan yang membuat para guru menjadi terkekang dan was-was saat melangsungkan tugasnya sebagai pendidik di bangku sekolah.

Bagaimana mungkin kelangsungan negeri ini dapat kita percayai kepada tangan-tangan generasi manja yang tak berakhlak baik kepada gurunya. Dan Bagaimana mungkin kebijakan rezim ini menjadi relevan bagi para pahlawan-pahlawan tanpa jasa ini, ketika hak menjadi seorang pendidik itu tidak di serahkan sepenuhnya. Justru para guru terkesan harus tunduk dan takut di bawah busungan dada para murid manja, lebay, tak berakhlak mulia. Ditambah lagi dengan kebijakan bodoh dari rezim yang segalanya serba di komersialisasikan. Dalam rana hukum saat ini sangat jelas, ada uang, anda menang, tak ada uang anda harus rela di bui dibalik jeruji kehinaan.

Saya Pancasila, Saya Indonesia. Sangat tenar akhir-akhir ini, dimana seluruh para pencuri-pencuri uang negara, para gembong-gembong narkoba, kini berlindung di balik Saya pancasila dan saya Indonesia.