By : A. AR. Rakhmansya Iskandar

Promosi kesehatan di Indonesia menghadapi tantangan yang beragam dan memerlukan pendekatan yang cermat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa dan keragaman geografis serta budaya, upaya untuk menyebarluaskan informasi kesehatan harus disesuaikan dengan kondisi nyata di lapangan. Meskipun ada banyak hambatan, peluang signifikan juga tersedia untuk memajukan promosi kesehatan melalui pemanfaatan teknologi dan strategi yang inovatif.

Ketimpangan Akses Informasi

Salah satu tantangan utama dalam promosi kesehatan di Indonesia adalah ketimpangan akses informasi antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sekitar 33% dari penduduk Indonesia masih tinggal di daerah pedesaan, yang sering kali mengalami kesulitan dalam mengakses informasi kesehatan. Di sisi lain, akses informasi kesehatan di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya jauh lebih baik, dengan banyaknya fasilitas kesehatan dan program edukasi kesehatan yang tersedia.

Sebagai contoh, di Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, akses terhadap layanan kesehatan sangat terbatas. Laporan dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2023 menyebutkan bahwa hanya 20% dari pusat kesehatan di daerah tersebut yang memiliki fasilitas telemedicine, yang menyebabkan keterbatasan dalam konsultasi kesehatan jarak jauh. Untuk mengatasi masalah ini, perlu adanya peningkatan infrastruktur digital di daerah terpencil dan pelatihan bagi tenaga kesehatan lokal untuk memanfaatkan teknologi dalam menyebarluaskan informasi kesehatan.

Pengaruh Budaya dan Adat

Faktor budaya dan adat memainkan peran penting dalam penerimaan pesan kesehatan. Misalnya, di beberapa daerah di Indonesia, pengobatan tradisional masih sangat dipercaya, meskipun pengobatan modern menawarkan solusi yang lebih berbasis bukti. Di Bali, misalnya, upacara adat dan pengobatan tradisional sering kali menjadi pilihan utama sebelum mempertimbangkan pengobatan medis modern. Sebuah penelitian oleh Universitas Udayana pada tahun 2022 menemukan bahwa 60% masyarakat Bali lebih memilih pengobatan tradisional untuk masalah kesehatan ringan, meskipun mereka menyadari pentingnya vaksinasi dan pemeriksaan kesehatan rutin.

Untuk mengatasi tantangan ini, promosi kesehatan harus mengintegrasikan pendekatan berbasis budaya yang menghormati kearifan lokal. Misalnya, kampanye kesehatan dapat melibatkan pemuka adat dalam menyebarluaskan informasi tentang manfaat vaksinasi dan pemeriksaan kesehatan, sehingga pesan kesehatan dapat diterima dengan lebih baik oleh masyarakat.

Peluang Teknologi dalam Promosi Kesehatan

Teknologi memberikan peluang besar untuk meningkatkan efektivitas promosi kesehatan. Menurut data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada tahun 2024, penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 77%, dengan mayoritas pengguna aktif berada di kota-kota besar. Hal ini menunjukkan bahwa platform digital dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk menyebarluaskan informasi kesehatan.

Sebagai contoh, aplikasi kesehatan seperti Halodoc dan Alodokter telah menjadi alat penting dalam memfasilitasi konsultasi medis jarak jauh. Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk berkonsultasi dengan dokter, memeriksa riwayat kesehatan, dan mendapatkan informasi kesehatan tanpa harus pergi ke fasilitas kesehatan. Menurut laporan dari Halodoc, selama pandemi COVID-19, penggunaan aplikasi ini meningkat sebesar 150%, menunjukkan bahwa teknologi digital dapat memainkan peran penting dalam promosi kesehatan.