Menerawang Iklim Indonesia; Reformulasi Strategi Kesehatan Masa Depan
Indonesia dengan kondisi fisiografis memiliki iklim tropis dan secara ekologis menempati 10 besar yang paling banyak memiliki spesies flora maupun fauna. Aspek jumlah penduduk, sejak tahun 2000 kurang lebih 1,8 Milyar diproyeksikan akan lebih meningkat hingga 2030. Meskipun, sebagian besar pemukim masih pada wilayah pedesaan, namun sinkron antar cuaca musiman menjadi suatu keniscayaan yang akan tetap melanda, sebab Indonesia menempati garis siklon tropis yang memiliki 2 karakter musim yang saling bersinggungan dua wilayah, yakni Teluk Benggala, Samudera Pasifik Utara, dan Laut Cina Selatan.
Perubahan iklim beralamat darurat ini, telah disusun sedemikian rupa dampak region yang akan ditimbulkannya, terkhusus pada bidang kesehatan. IPCC (Interngovernmental Panel On Climate Change) menyusun khusus perkiraan kerentanan kesehatan akan membawa dampak langsung maupun tidak langsung, hal ini tidak terlepas pada perkembangan ekonomi yang pesat yang akhirnya mendorong pengelolaan sumber daya alam yang tidak terkontrol sehingga mengakibatkan pencemaran lingkungan berkelanjutan.
Secara objektif, banyak kemungkinan dari fenomena perubahan iklim akan menyeret banyak varietas penyakit, mulai dari bersifat pengobatan yang dapat di sembuhkan dalam durasi singkat, hingga yang menyebabkan kematian.
Menurut salah satu studi khusus penelitian yang menangani penyebaran kasus penyakit menular yang terjadi di daerah tropis seperti Indonesia, diperkirakan akan rentan terjadi kenaikan wabah 7-12% untuk malaria, dan nyamuk aedes aegypti 37-41%. Hal ini dikarenakan, peningkatan suhu atas curah hujan yang tinggi dan meninggalkan kelembapan dengan potensi sebagai inang wabah penyakit.
Lanjut, demikian pula dari dampak lainnya yang memicu bahaya kesehatan secara laten, seperti pembakaran fosil akan menambah jumlah gangguan pernapasan, kenaikan gelombang panas akan berujung pada heat stroke, pola curah hujan yang tidak stabil dan mengakibatkan minimnya ketersediaan air bersih dan menambah potensi wabah diare dan kolera air, malnutrisi berkepanjangan akibat menipis ketersediaan pangan yang baik karena kemarau, meningkatnya permukaan air laut dan memicu bencana banjir yang berdampak pada mata pencaharian dan psikososial masyarakat, serta yang paling fatal adalah perubahan ekstrem iklim yang tiba-tiba sehingga timbul putting beliung, badai yang berpotensi menelan korban jiwa, dan luka-luka.
INDONESIA BACK HOME NATURE; Peradaban Obat Herbal jawaban kesehatan.
Merangkai banyaknya data yang telah menjadi objektivitas dan studi komparatif antara zaman ke zaman, perlu diketahui bahwa Indonesia dengan simbol Negara Vital Dunia yang menjaga keseimbangan Alam melalui keanekaragaman species flora dan faunanya, kekayaan hayati sumber daya Alamnya, tentu tak bisa dipungkiri bahwa salah satu solusi atau langkah yang dapat ditempuh pemerintah atau stake holder keebijakan kesehatan; yakni dengan konsep linearitas fungsi Alam-Manusia, agar terjalin saling ketergantungan yang konkrit sehingga kesadaran akan pentingnya tidak merusak lingkungan bisa diminimalisir.
Lanjut, sehubungan langkah-langkah apa saja yang dapat ditempuh dalam penanganan perubahan iklim yang ekstrem, selain bentuk kebijakan formal yang telah diserukan oleh beberapa Negara yang tergabung dalam South East Asia Regional Organization (SEARO) terkait Upaya Membangun Sistem Ketahanan Kesehatan terhadap Perubahan Iklim, yang dalam hal ini mengeluarkan 11 memorandum atau nota kesepahaman untuk saling bekerja sama dalam menangani kondisi perubahan iklim, juga Indonesia khususnya sebagai Negara Sumber daya Alam yang melimpah lebih patutnya memaksimalkan researcher penggunaan Obat Bahan Alam.
Obat Bahan Alam, dewasa ini telah banyak mengalami perkembangan studi dan output yang setara dengan obat sintesis, yang kita ketahui efek samping yang ditimbulkan oleh obat bahan alam sangatlah kecil kemungkinannya, dan kesembuhan yang maksimal melalui terapi berkepanjangan dapat bisa dicapai. Dalam data perkembangan studi pengembangan Obat bahan Alam Indonesia, mencatat “Purified Extract” merupakan sebuah temuan yang basis kompleks obat tersebut setara dengan obat sintesis yang dalam perspektif farmakoterapi dan farmakodinamiknya cepat dan tepat target. Selain bersifat terapi dan meningkatkan imunitas, obat herbal (Obat Bahan Alam) pun dalam pengembangannya sudah teruji standarisasi Mutunya sehingga, Aman dikonsumsi tanpa harus resah karena tidak adanya ketepatan dosis. Menilik, perangkat perkembangan bahan Alam yang sudah menuju kematangan tersebut, pemerintah seharusnya memaksimalkannya melalui sosialisasi dan menerapkan konsep Apotek sehat sejak dini agar pentingnya Alam dapat dirasakan oleh masyarakat luas.
Lanjut, dalam data penggunaan obat herbal dan pemanfataannya mengurangi indeks penyakit menular yang ditimbulkan perubahan iklim, yakni tercatat dapat menekan sekitar 2,7% setiap tahunnya. Dalam hal ini salah satunya, pemanfaatan Jambu biji (Psidium Guajava) mengatasi Demam Berdarah. Selain daripada itu, Indonesia jika mempuni dalam hal pemanfaatan ketersediaan obat lokal, yakni tentu akan mengurangi emisi pembelanjaan negara dalam bidang kesehatan, yang data terkini Bank Indonesia mencatat dapat menekan 3,6 % pembelanjaan Obat Produk Paten dan Bahan aktif obat luar Negeri.
Mempertimbangkan efek terapi yang ditimbulkan obat herbal atau perkembangan purified extract tentu lebih banyak membawa pengaruh positif selain sebatas pengobatan saja; yakni dapat mengurangi ketergantungan kondisi tubuh terhadap zat kimiawi dari bahan sintesis yang berefek meningkatkan resistensi Obat, dan mengurangi potensi munculnya patologi penyakit yang bercabang dalam tubuh akibat efek samping obat sintesis.
Melihat seluruh wacana dan disertai bukti penelitian yang ada, sepatutnya pemerintah lebih dini menyediakan banyak langkah untuk mengantisipasi kondisi iklim yang mengancam hayat hidup banyak warganya. Selain penguatan Back to Herbal , Indonesia juga dapat melakukan langkah yang bersifat pencegahan sederhana tapi memiliki pengaruh besar, seperti; Surveilans Penyakit Infeksi (contoh: ISPA), Tindakan kesehatan Emergensi untuk tahap adaptasi, Air Minum yang Aman, Manajemen dan Kebijakan kesehatan segala vektor terpadu, dan Capasity Building Unit kesehatan yang berbasis Lingkungan.
Dengan Menerawang Iklim yang tidak dapat dipungkiri akan terus mengalami rotasi siaga hingga darurat, sehingga perubahan dan kesadaran diri sendirilah untuk mencintai Lingkungan yang lebih berharga sebelum melangkah ke langkah-langkah yang berkapasitas besar. Sebab, Pengaruh Yang besar dan berpengaruh, berawal dari Militansi Niat dan Tekad dalam diri.
Salam Lestari, Hijaulah Indonesiaku.
References :
www.Depkes.go.id
www.bmkg.go.id
Penulis : Rahmi Chaer (Mahasiswi Farmasi, Universitas Muslim Indonesia)
Editor : (Kusuma Widodo/Matasulsel)