Nurdin Halid turut menyinggung rendahnya kesejahteraan petani ikut memengaruhi terhadap regenerasi petani. Pekerjaan petani yang belum menjamin kesejahteraan menjadi lambannya regenerasi.

“Karena beberapa tahun lagi, kita akan mengalami bonus demografi. Untuk itu, ini saat yang tepat mempersiapkan sumber daya dalam pembangunan petani agar regenerasi berlanjut, bukan berhenti,” ujarnya.

Kemudian, Nurdin Halid menjelaskan, saat ini kondisi yang penting untuk diperhatikan adalah dengan pengembangan kawasan, perdesaan, lahan, serta reforma agraria. Apalagi jumlah lahan pertanian bukan bertambah, tapi saat ini justru berkurang.

“Karena pembangunan pertanian tidak hanya bisa diselesaikan di atas kertas terus mereduksi hal di lapangan. Dan, ini perlu perjuangan ekstra karena bukan hal yang mudah,” tuturnya.

Visioner dan Integratif

Dari sudut pandang lain, Ketua Petani Cerdas NH-Aziz, Agustina mengatakan kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani saling terkait. Ia menegaskan pembangunan pertanian harus dengan kebijakan yang visioner dan integratif. Visioner dengan arti pertanian Sulsel harus punya jangka panjang dalam waktu 15-20 tahun ke depan.

“Bahkan 50 tahun sampai 100 tahun ke depan, ini harus integratif,” kata Agustina.

Namun, yang menjadi catatan Agustina dalam aspek integratif adalah perlu dukungan semua pihak terkait. Menurutnya, sektor pertanian bila ingin maju maka tak bisa dikerjakan hanya beberapa pihak saja.

“Pertanian tidak bisa dikerjakan oleh sarjana pertanian sendiri, Pak NH-Aziz sendiri, namun pertanian butuh integrasi dari semua faktor dan unsur yang mendukung. Sama-sama ki selesaikan masalah,” ujarnya. (*)