PAHANG, MATASULSEL — Simposium AI di UCYP University Pahang menjadi momen strategis bagi Asosiasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (APTIKIS) Seluruh Indonesia. Tidak hanya hadir sebagai peserta, APTIKIS justru membangun jejaring lintas negara, meletakkan fondasi diplomasi akademik berbasis Islam.

Dr. H. Maslim Halimin, sang nakhoda APTIKIS, tampil tenang namun tegas di podium utama. Ia membawa satu pesan utama: kampus Islam tak boleh berjalan di belakang zaman. Maka AI harus dijadikan teman, bukan lawan.

Kerja sama yang dijajaki dengan UCYP mencakup pertukaran dosen, joint research, hingga pengembangan model pembelajaran Islam berbasis teknologi. Tapi lebih dari itu, ini adalah upaya memperluas poros pengaruh: dari Indonesia menuju Asia Tenggara.

APTIKIS bukan hanya menyuarakan, tetapi menunjukkan langkah konkret. 14 kampus anggotanya turut aktif berdiskusi, mempresentasikan gagasan, dan menunjukkan kesiapan berkolaborasi global. Bagi Maslim, inilah bentuk jihad keilmuan masa kini — bukan hanya mempertahankan eksistensi, tapi membentuk masa depan.

APTIKIS menghimpun 14 perguruan tinggi keagamaan Islam bergerak bersama dalam kegiatan simposium. Dilaksanakan di 3 negara, Malaysia-Thailand-Singapura. Selamat tujuh hari, dipimpin Dr. H. Maslim Halimin, Ketua Umum APTIKIS yang juga Ketua STIT Darul Dakwah Wal Irsyad Pasang Kayu.

Sementara itu, Ismail Suardi Wekke anggota Dewan Pakar APTIKIS, menyampaikan apresiasi kepada pimpinan perguruan tinggi yang turut berpartisipasi. “Komitmen menjangkau negara tetangga di ASEAN, membuka ruang pengembangan akademik, keilmuan dan syiar Islam,” ujar Ismail.(@)