Matasulsel – Seorang perempuan cantik bernama Sari menceritakan kisah terlarangnya dengan atasannya sehingga akhirnya dia berbadan dua. Naasnya, Sari harus menelan pil pahit karena bosnya menghindar sejak tahu dirinya hamil.

Berikut curahan hati Sari yang dikutip dari Cerita Curhat.

Namaku Sari, bekerja di salah satu perusahaan BUMN. Meskipun termasuk salah satu karyawan termuda, aku cukup bisa diandalkan oleh bos di tempatku bekerja. Tidak heran aku sering disebut sebagai anak kesayangan bos oleh rekan kerja lain.

April 2016 lalu, kisah kelam hidupku dimulai. Suatu hari aku harus lembur berdua bersama bosku di kantor sampai jam 02.00. Karena rumahku cukup jauh dari kantor dan keesokan harinya aku harus masuk pagi, akhirnya bos mengajakku untuk istirahat di kostnya. Karena aku sangat mempercayainya, aku pun menurut.

Akhirnya kejadian yang tidak diinginkan itu pun terjadi, kami berdua khilaf. Karena kejadian malam itu, kami semakin dekat, dia selalu melindungiku, menjagaku, dan memperhatikanku. Kami sering membicarakan tentang masa depan kalau kami menikah. Hingga akhirnya kami memutuskan tinggal bersama.

Aku tau posisi dia sudah beristri. Hanya Karena aku menemukan sosok ayah dari dirinya, aku jadi mencintainya setengah mati.

Sampai akhirnya istrinya tiba-tiba datang dari kota aslinya ke kota kami. Kami galau, kami bingung harus gimana. Akhirnya kami pisah rumah tapi tetap dia sesekali mengunjungi kostku.

Hari demi hari kami lewati seperti biasa. Walaupun nggak bisa selalu menikmati senyumnya setiap saat. Walaupun nggak bisa selalu memeluknya. Tapi aku bersyukur dia masih selalu terlihat didepan mataku.

Hingga akhirnya bulan Juni aku menyadari sesuatu, beberapa bulan aku tidak datang bulan. Segera aku cek dan hasilnya 2 strip. Betapa stressnya aku.

Aku cerita sama salah satu teman kerjaku, dia shock dan menanyakan siapa ayahnya, aku spontan bilang kalau itu Bos kami. Kami sama-sama terdiam.

Dia memaksaku untuk membicarakan kehamilanku kepada bosku ini. Tapi aku terlalu pengecut, aku terlalu takut untuk berbicara. Dia ingin membantu tapi posisi dia adalah bawahan Bosku, dan itu nggak mungkin terjadi.

Akhirnya aku beranikan diri cerita dengannya. Dia shock, kaget, dan sedikit nggak percaya. Dia menjauhi saya, betapa hancurnya saya. Mau dibawa kemana anak ini.

Saya memutuskan untuk pulang ke kota saya (kota S). Ketika saya sudah tiba di kota saya. Dia menelepon saya. Panjang lebar kami berbicara lewat telpon. Yang pada intinya dia menjelaskan pada saya bahwa dia tidak menjauh, dia hanya membutuhkan waktu untuk sendiri. (SP)