Mengukir Jejak Keilmuan di Negeri Dua Benua : Kisah Abdullah Azzam Lahadji
TURKI, MATASULSEL – Abdullah Azzam Lahadji, seorang pemuda asal Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, dengan tekad membara menimba ilmu, telah menorehkan jejak inspiratif di kancah pendidikan internasional.
Setelah menyelesaikan pendidikan S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2024, putra dari pasangan Abdul Kadir Lahadji dan Hartini Lodji ini meraih anugerah beasiswa penuh dari Yayasan Sulaimaniyah untuk melanjutkan studi di Turki selama dua tahun.
Kesempatan emas ini menjadi babak baru dalam kehidupannya, sebuah perjalanan intelektual yang membawanya melintasi batas geografis dan budaya.
Turki, negeri yang terletak di antara dua benua, Eropa dan Asia, telah lama menjadi jembatan peradaban antara Timur dan Barat. Sebagai pusat sejarah dan budaya yang kaya, Turki menawarkan lanskap unik bagi para pencari ilmu.
Di sinilah Abdullah Azzam Lahadji memperdalam pengetahuannya tentang agama Islam, sembari meresapi nilai-nilai universal yang melampaui batas-batas kebangsaan.
Azzam menuturkan, “Ilmu yang saya pelajari di Turki sangat relevan dengan apa yang saya dapatkan selama kuliah. Namun, lebih dari sekadar teori, perjalanan ini membuka mata saya tentang makna mendalam dari sejarah dan peradaban Islam.”
Setiap sudut kota, setiap bangunan bersejarah, seakan mengisahkan kejayaan para sultan, kebijaksanaan para ulama, serta perjuangan tokoh-tokoh besar yang mewariskan semangat menuntut ilmu dan membangun peradaban.
Pengalaman ini tidak hanya memperluas wawasan, tetapi juga menumbuhkan rasa syukur dan tekad untuk terus belajar. Azzam berharap, ilmu yang diperolehnya dapat membawa manfaat dan menjadi kebaikan bagi banyak orang.
Selama menempuh studi di Turki, Azzam juga beradaptasi dengan lingkungan dan budaya yang berbeda. Ia mengakui sempat merasakan kejutan budaya pada awal kedatangannya. Namun, dengan hati terbuka, ia belajar menghargai keramahan masyarakat Turki, kebiasaan mereka menikmati teh hangat, serta keunikan selera kuliner lokal.
Lebih dari itu, ia mengamati pola hidup masyarakat yang menghargai waktu, mencintai kebersihan, dan menjunjung tinggi kesederhanaan.
“Saya belajar bahwa ketertiban dan kesopanan bukan hanya aturan sosial, tetapi bagian dari akhlak dan ibadah,” ujarnya.
Azzam menyadari bahwa setiap langkah yang ia tempuh tak lepas dari doa, dukungan, dan kasih sayang keluarga, terutama kedua orang tuanya.
“Mereka adalah sumber semangat terbesar dalam hidup saya. Doa dan harapan mereka membuat saya bertekad untuk menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh dan menyelesaikannya sebaik mungkin,” tuturnya dengan nada haru.
Perjalanan ini mengajarkan Azzam bahwa ilmu bukan sekadar hafalan dan teori, melainkan cahaya yang menuntun langkah, membentuk kepribadian, dan menumbuhkan kesadaran untuk terus memberi arti dalam kehidupan.
Ia ingin menjadikan setiap pelajaran yang ia dapatkan sebagai bekal untuk menebar kebaikan di mana pun berada.
Kisah Abdullah Azzam Lahadji adalah cerminan dari semangat generasi muda Indonesia yang berani bermimpi dan berjuang untuk menggapai cita-cita. Perjalanannya di Negeri Dua Benua adalah bukti bahwa ilmu pengetahuan dapat menjadi jembatan yang menghubungkan perbedaan, mempererat persaudaraan, dan membangun peradaban yang lebih baik.
Selamat kepada Abdullah Azzam Lahadji atas capaian dan perjalanan akademiknya yang inspiratif. Semoga ilmu dan pengalaman yang diperoleh di Turki menjadi bekal berharga untuk menebarkan manfaat, memperkuat nilai keislaman, dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat di masa depan.

 
  
  
  
  
  
 