Menyalakan Semangat Literasi di Era Digital, ” BAK dan Revolusi Sunyi”
Di tengah riuhnya era digital yang dipenuhi dengan gadget dan konten instan, ajakan Bachtiar Adnan Kusuma (BAK) untuk kembali ke hal mendasar menjadi orang tua yang menyalakan semangat membaca dan menulis sangat relevan.
Dalam buku yang berjudul BAK dan Revolusi Sunyi, menawarkan cara sederhana namun mendalam untuk membangun budaya literasi di dalam keluarga.
Dengan gaya bincang santai dan kisah-kisah nyata, buku ini menjadi panduan inspiratif bagi setiap orang tua yang ingin melahirkan generasi literat di zaman yang serba cepat ini.
Buku ini mengajak kita untuk menyadari peran sentral orang tua dalam menghadapi gempuran gadget dan konten digital. Melalui kebiasaan membacakan buku sebelum tidur, menulis bersama anak dan membangun perpustakaan keluarga, BAK menunjukkan bahwa literasi bisa dimulai dari rumah.
Setiap langkah kecil ini, meskipun tampak sepele, memiliki dampak besar dalam membentuk karakter dan minat baca anak-anak.
Cia Usman, editor buku ini, menyebut usaha BAK sebagai “revolusi sunyi” sebuah gerakan yang mungkin tidak terlihat besar, tetapi sangat signifikan. Dari meja makan hingga kamar anak, perubahan ini dimulai dari cinta dan waktu yang kita berikan untuk anak-anak.
Dengan menyediakan lingkungan yang mendukung, kita bisa menanamkan kecintaan pada ilmu dan literasi sejak dini.
Haerullah Lodjik yang menjadi bagian dari editor buku ini mengungkapkan, Tokoh Literasi Nasional sekaligus sebagai inspirator Literasi “BAK adalah sosok yang sangat merakyat dan dekat dengan komunitas baca di desa-desa. Melalui pendekatan yang hangat dan akrab, ia mampu menjangkau masyarakat dengan cara yang menyentuh. Komitmennya terhadap literasi adalah contoh nyata bagaimana satu individu dapat memengaruhi banyak orang, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.”
Dr. Dea Ambarwati Kusuma, putri BAK, menambahkan perspektif pribadi tentang perjalanan literasi dalam keluarganya. Ia menceritakan bagaimana ayahnya membangun taman baca kecil-kecilan di rumah mereka di Slipi, Jakarta Barat.
Dengan menggunakan uang pribadi, BAK menyediakan buku dan makanan ringan untuk menarik minat anak-anak di lingkungan sekitar. Komunitas baca yang dikenal dengan nama “Komunitas Deras” ini berkembang pesat dan menjadi wadah bagi anak-anak untuk belajar dan berekspresi.
Dea mengingat, “Kegiatan di taman baca bukan hanya tentang membaca, tetapi juga mengajarkan keterampilan seperti menyanyi, berdongeng, dan berpuisi. Semua ini berkat usaha ayah yang tak pernah memungut biaya, murni untuk perkembangan literasi anak-anak.” Komitmen BAK dalam memajukan literasi tidak hanya berhenti di Jakarta, tetapi juga meluas ke Sulawesi Selatan dan seluruh Indonesia.
Buku Revolusi Sunyi adalah panggilan bagi setiap orang tua, pendidik dan komunitas literasi untuk berkontribusi dalam menciptakan generasi yang gemar membaca dan menulis.
Cinta pada ilmu dan literasi harus disemai sejak dini, dan semua itu bisa dimulai dari rumah kita hari ini. Dengan menyalakan semangat literasi, kita tidak hanya membentuk karakter anak-anak, tetapi juga berkontribusi dalam perubahan bangsa yang lebih baik. (Oji Pajeka)