Merajut Asa di Bumi Turatea: Kopdes Merah Putih, Harmoni dari Pusat untuk Jeneponto Bahagia
Oleh : Agus Sijaya Dasrum
Debur ombak di pesisir, hembusan angin di dataran, kesejukan lembah, kokohnya kaki gunung, hingga keheningan bantaran Lompobattang kini diwarnai sebuah geliat baru. Di awal nahkoda kepemimpinan Bupati Paris Yasir dan Wakil Bupati Islam Iskandar periode 2025-2030, sebuah program ambisius dari pemerintah pusat bertajuk Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih mulai bersemi di seantero Kabupaten Jeneponto.
Bukan sekadar angan, Bupati Paris Yasir dengan lantang mencanangkan bahwa seluruh 82 desa di Bumi Turatea ini harus segera memiliki Kopdes Merah Putih. Komitmen tersebut disampaikan pada 10 April 2025 saat sosialisasi program ini. Sebuah target yang tak main-main, namun menyimpan harapan besar untuk menggerakkan roda perekonomian di tingkat akar rumput.
Menyemai Kemandirian di Setiap Jengkal Tanah
Kopdes Merah Putih hadir bukan tanpa alasan. Di balik namanya yang sarat nasionalisme, tersemat visi untuk menumbuhkan kemandirian ekonomi masyarakat desa. Bayangkan, di desa-desa pesisir, nelayan tak lagi terjerat rentenir saat musim paceklik tiba. Di dataran, petani memiliki wadah bersama untuk memasarkan hasil panen dengan harga yang lebih adil. Di lembah dan kaki gunung, para pedagang dapat mengembangkan usaha mereka melalui akses permodalan dan pelatihan yang terorganisir. Bahkan di bantaran Lompobattang, masyarakat dapat berkolaborasi membangun produksi perkebunan yang berkelanjutan.
“Kopdes Merah Putih ini adalah wujud nyata kehadiran pemerintah pusat di tengah-tengah masyarakat Jeneponto,” ujar Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Jeneponto, Mernawati, saat ditemui di sela-sela pembentukan dan sosialisasi program di salah satu desa.
“Ini bukan hanya soal bantuan modal, tapi juga tentang membangun kebersamaan, meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, dan membuka akses pasar yang lebih luas bagi produk-produk unggulan desa, juga dapat menjadi lapangan kerja.”
Antusiasme yang Bersemi di Pelosok Desa
Gayung bersambut, antusiasme masyarakat di berbagai penjuru Jeneponto menyambut hangat kehadiran Kopdes Merah Putih. Di Desa Bontojai, misalnya, para petani rumput laut sudah mulai berdiskusi tentang potensi membentuk koperasi untuk meningkatkan nilai jual hasil panen mereka. “Biasa masih sering kesulitan modal dan harga jual juga ditentukan tengkulak. Semoga dengan adanya Kopdes ini, kami bisa lebih mandiri,” ungkap Daeng Sibali, salah seorang petani rumput laut dengan nada penuh harap.
Hal serupa juga terlihat di Desa Jenetallasa Kec. Rumbia yang terkenal dengan hasil perkebunan. Para petani kebun di sana melihat Kopdes Merah Putih sebagai peluang emas untuk mengembangkan usaha perkebunan mereka, tidak hanya dari segi produksi tapi juga pemasaran. “Banyak hasil perkebunan, tapi masih perlu pemasarannya yang lebih baik lagi. Kami berharap koperasi bisa membantu kami menjangkau pasar yang lebih luas,” tutur Ramli, seorang pedagang dengan semangat membara.
Tantangan di Depan Mata, Harapan Tak Pernah Padam
Tentu saja, mewujudkan 82 Kopdes Merah Putih dalam waktu yang relatif singkat bukanlah pekerjaan mudah. Tantangan seperti pembentukan dan sosialisasi yang efektif, pendampingan yang berkelanjutan, serta membangun kesadaran berkoperasi di tengah masyarakat menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dengan sinergi dan kerja keras.
Namun, dengan komitmen kuat dari Pemerintah Kabupaten Jeneponto di bawah kepemimpinan Paris Yasir dan Islam Iskandar, serta dukungan penuh dari pemerintah pusat, harapan untuk melihat Jeneponto yang lebih berdaya secara ekonomi melalui gerakan koperasi ini semakin nyata.
Tekad ini juga disambut antusias oleh Dinas Koperasi UKM yang bersinergi dengan stakeholder lainnya.
“Per 15 Mei 2025 telah terbentuk 43 Kopdes merah putih dari 82 Desa. Hingga tersisa 39 Desa. Harus tuntas sebelum dilaunching,” ungkap Kadis Mernawati.
Kopdes Merah Putih yang akan dilaunching secara nasional pada 28 Oktober 2025 bukan sekadar nama, melainkan sebuah simbol persatuan dan gotong royong. Ia adalah jembatan yang menghubungkan harapan masyarakat desa dengan dukungan pemerintah. Di setiap desa yang kelak berdiri kokoh Kopdes Merah Putih, di sanalah harmoni antara pusat dan daerah terjalin, merajut asa untuk Jeneponto yang semakin bahagia dan mandiri. Geliat ini adalah awal dari sebuah perjalanan panjang, sebuah simfoni pembangunan yang nadanya mulai terdengar merdu di seantero Bumi Turatea. (*)