Makassar, Matasulsel – Lazim seperti biasanya, benturan seiring terjadi antara buruh dan pihak perusahaan. Mengapa demikian? tentunya, ini menarik untuk di cermati. Jumat, (1/5/2020).

Saya ingat, peristiwa revolusi di India, setelah Mahatma Gandhi menyeruh terhada pekerja agar berpuasa dan berhenti kerja, Sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonialisme Inggris serta Perusahaan-perusahaan Inggris serentak mogak kebingungan.

Barangkali, Hilangnya demensi makna Toleransi Ummat Beragama pun terkadang lenyap diakibatkan oleh managemen kerja dan waktu yang disepakati perusahaan. Apalagi, Ramadhan yakni “ ini bulan Keistimewaan ummat Islam”.

Lantas, apa yang harus di lakukan oleh buru saat ini, Dengan bentuk penindasan yang dilakukan oleh perusahan-perusahan tersebut. Berhenti kerja dan melakukan puasa sebagai bentuk apresiasi terhadap tindakan eksploitatif perusahan tersebut. Mungkin sangatlah sulit untuk diwujudkannya, sementara ancaman dan tekanan Perusahan adalah kekuatan untuk memenjarakan kemerdekaan atau mengasingkan individu dari hidup seperti layaknya manusia.

Konflikn antar buru dan pihak perusahan bukan kali ini terjadi, tapi industri  (perusahan tambang) selam itu ada, konflik tidak barakhir sampai disini. Karena, perusahan tidak ingin rugi. Oleh karena itu, miskipun kebijakannya nyata menindas, tatap harus dilakukan untuk meraup keuntungan yang banyak.

Biaya manusia yang di manfaatkan oleh korporat atau pengusaha, tidak sebanding dengan upah yang diberikan. Sebagai akibatnya, Pasti merespons Amarah buruh, untuk melakukan apa saja yang menurutnya benar, termasuk memogokkan perusahan. Misal perusahan tambang di Halmahera tengah Akhir-akhir ini.

Dengan demikian Kemerdekaan Buruh jika diranggut paksa maka respon dan protes akan mengalir di berbagai sudut pandang perjuangan. Sebab,
Kemerdekaan itu fitrah manusia, jika dimanfaatkan sewenang-wenang pasti bertentangan dengan hak-hak manusia.

Sumber Penulis : Andri Husain