MPLS SMA 1 Jeneponto Hadirkan Suryani Hajar, Gaungkan Perlindungan Anak, Tolak Pornografi dan Perkawinan Anak
JENEPONTO, MATASULSEL – Dalam rangka Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), SMA Negeri 1 Jeneponto menggelar kegiatan edukatif bertema “Kenali, Hindari, Lawan Pornografi dan Perkawinan Anak”, Rabu (16/7/2025).
Kegiatan ini menghadirkan Narasumber handal dan berpengalaman Suryani Hajar, pegiat isu anak dari Pattiro Jeka, serta Riskayanti, Duta Anak Kabupaten Jeneponto 2018 yang juga mantan pengurus Forum Anak Kabupaten Jeneponto.
Kegiatan tersebut diikuti ratusan peserta didik baru sebagai bagian dari upaya sekolah meningkatkan pemahaman remaja terhadap bahaya pornografi, seks bebas, dan perkawinan usia anak. Edukasi berlangsung interaktif dan disambut antusias oleh seluruh peserta MPLS.
Dalam pemaparannya, Suryani Hajar menyoroti tingginya angka perkawinan anak di Kabupaten Jeneponto yang berkontribusi terhadap meningkatnya kasus stunting. Ia menegaskan bahwa minimnya pemahaman remaja mengenai pornografi dan seks bebas menjadi salah satu penyebab utama maraknya praktik tersebut.
“Remaja harus dibekali pemahaman yang benar mengenai dampak pornografi dan hubungan bebas agar dapat melindungi diri dan masa depan mereka. Perkawinan anak bukan hanya merampas hak tumbuh kembang anak, tapi juga melahirkan generasi yang rentan terhadap masalah kesehatan dan sosial,” ujar Suryani di hadapan para peserta.
Sesi berlangsung atraktif dengan diskusi dan praktik langsung mengenai cara mengenali bentuk-bentuk pornografi serta strategi menolaknya. Para siswa baru didampingi oleh guru dan pengurus OSIS dalam kegiatan yang berlangsung selama tiga hari dan dijadwalkan berakhir hari ini.
Sementara itu, Riskayanti mengajak peserta agar menjadi agen perubahan di lingkungan masing-masing.
“Anak-anak harus berani berkata tidak terhadap ajakan yang mengarah pada pornografi maupun pernikahan usia dini. Kalian punya hak untuk tumbuh, belajar, dan bermimpi,” tegasnya.
Melalui kegiatan ini, SMA Negeri 1 Jeneponto berharap peserta didik baru memiliki bekal untuk menghadapi tantangan sosial di era digital serta menjauhkan diri dari risiko pergaulan bebas dan perkawinan anak. (Risk/Oji Pajeka).