MTQ Membangun Generasi Turatea yang Qur’ani
“Catatan Sepekan Menuju Perhelatan MTQ Kabupaten Jeneponto”
Oleh:
Mustaufiq
(Pengurus DPD AMPI Jeneponto)
Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) yang merupakan festival keagamaan dalam rangka menanamkan nilai Qurani di tengah masyarakat memiliki peran strategis dalam membangun karakter anak bangsa. Ini merupakan upaya konkrit umat Islam untuk menggali nilai-nilai luhur yang terkandung didalam Al qur’an sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman hidup dan pergaulan dalam keseharian.
Secara historis, Musabaqah mulai hadir sejak tahun 1940 dengan ditandai berdirinya Jami’iyyatul Qurro wal Huffadz yang didirikan oleh Nahdlatul Ulama, ormas terbesar di Indonesia. Musabaqah Tilawatil Quran atau MTQ pertama diselenggarakan di Makassar pada bulan Ramadhan tahun 1968. Kala itu, hanya melembagakan tilawah dewasa saja, dengan melahirkan Qari Ahmad Syahid dari jawa Barat dan Muhammadong dari Sulawesi Selatan. Dan seiring waktu berjalan Musabaqah mulai diperkenalakan di tingkat nasional dan sudah menjadi agenda festival keagamaan.
Pada hakikatnya kegiatan MTQ ini, merupakan jembatan bagi pemerintah dalam menanamkan sebuah nilai Religius pada masyarakat luas, sebagai perpanjangan lidah dalam menyampaikan ke bajikan melalui sarana keagamaan. Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Alquran (QS. Ali Imran 3:104) “Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
Jika merujuk dari terjemahan makna surah Ali Imran Tersebut maka konsekuensi yang harus dilakukan sebagai ummat beragama adalah saling menyerukan kebaikan dan kebajikan, karena sejatinya manusia di ciptakan pada hamparan bumi yang luas ini sebagai halifah dalam membumikan nilai Ilahiyah yang Allah SWT telah titipkan pada setiap hambanya. Hadist Rasulullah Muhammad shallallahu Alaihiwasalam bersabda bahwa “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (H.R. Muslim).
Menanamkan nilai kebaikan dengan berlandas pada nilai agama akan membentuk generasi muda masa depan sebagai penerus bangsa dan pemimpin yang amanah. Jika sudah ditanamkan nilai-nilai akhlakul karimah sejak dini, nantinya saat memimpin bangsa mereka berpegang pada nilai-nilai kebenaran dan agama itu sendiri. Seseorang yang berakhlakul karimah, maka segala perbuatan dan tingkah lakunya pun akan baik.
Dengan begitu, akan terwujudlah kehidupan yang harmonis dan damai sehingga akan menjadikan bangsa ini menjadi kuat dengan episentrum pembangunan berasas nilai agama, budaya, dan moralitas yang baik. Perkembangan zaman globalisasi lebih menjadi dampak positif dengan adanya sikap positif dan bermoral, sehingga akan menciptakan inovasi atau ide-ide baru para generasi muda sebagai pelopor dan garda terdepan harapan bangsa.
Dengan semangat Musabaqah Tilawatil Quran ke 45 tingkat kabupaten Jeneponto yang akan berlangsung di Kecamatan Bangkala, kita berharap bahwa penerapan Sila pertama pancasila Ketuhanan yang Maha Esa dan sila kedua yakni Kemanusiaan yang Adil dan Beradab akan dapat terimplementasi menuju indonesia maju, indonesia emas bertitik tolak dari daerah yang di juluki Butta Turatea ini.
Dari Butta para Karaeng kami menitip harapan membangun nilai agama sebagai landasan mewujudkan bangsa yang “baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur adalah sebuah negeri yang mengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya”. (*)