Luwu, Matasulsel – Kandidat lain boleh saja sibuk roadshow jelang penetapan bakal calon. Tapi bagi Andi Mudzakkar (Cakka), fokus mengurus pemerintahan tetap diprioritaskan sebelum non-aktif.

Cakka yang menjabat Bupati Luwu dua periode, semenjak mendaftar bersama pasangannya di KPU, 10 Januari 2018, ia memilih balik ke Luwu untuk menjalankan serangkaian tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala daerah.

Selama beberapa hari, Cakka yang di Pilgub Sulsel maju berpasangan dengan IYL, tetap mengendalikan pemerintahan. Baik dalam melayani warga, maupun menghadiri kegiatan pemerintahan.

Itu juga ditunjukkan saat menghadiri pisah sambut Dandim 1403 Sawerigading, Senin (22/1/2018) malam di Gedung Saodenrae, Kota Palopo.

Dalam kesempatan itu, Cakka yang memang sejak dulu dikenal mudah berkomunikasi, mengungkapkan pesan dan kesannya, terutama ke mantan Dandim Sawerigading, Cecep Tendi Sutandi.

Dikatakan Cakka, pada sosok Cecep Tendi ada dua hal yang tidak bisa dilupakan dan akan dikenang. Pertama, saat dirinya dan Cecep berbeda pendapat soal penetapan harga beras.

“Kami beda pendapat. Pemerintah lain dan pihak TNI juga lain. Saya konfrensi pers, pak dandim juga melakukan hal yang sama. Tapi masalah ini akhirnya menemui titik temu,” kata Cakka.

Kenangan selanjutnya menurut Cakka adalah saat terjadinya peristiwa jatuhnya pesawat Aviastar di bukit Bajaja, Latimojong. Di situ ia ambil alih komando, karena sedikit ada selisih paham antara pihak kepolisian dan TNI.

“Karena ini menyangkut kepentingan orang banyak, waktu peristiwa itu saya sempat ambil alih komando. Biasalah di lapangan. Ada sedikit masalah,” ujarnya.

Kepada penjabat baru Dandim 1403 Sawerigading, Letkol Inv. M Imasfy, Cakka mengungkapkan, Luwu Raya adalah satu keluarga yang diikat rasa kekeluargaan.

“Kami hanya dibatasi dalam hal administrasi batas wilayah saja. Tapi pada dasarnya kami satu. Diikat oleh budaya yang sama. Menjunjung nilai kemuliaan. Kemuliaan itu akan selalu ada jika semua pejabatnya tidak silau akan harta. Tidak tuli pada saran dan kritikan dan tidak terlena dengan sanjungan,” tegas Cakka. (*)