NA Sempat Sebut Gowa Belum Merdeka, Tapi Ternyata Angka Kemiskinan di Bantaeng Tinggi
Bantaeng, Matasulsel – Nurdin Abdullah (NA) boleh saja terkesan sombong mengurai keberhasilan kepemimpinannya di Bantaeng, dan menyebut warga di Kabupaten Gowa sebagian belum merdeka.
Tapi fakta berbicara, Gowa yang pernah dipimpin Ichsan Yasin Limpo selama 10 tahun terakhir, justru jauh punya keberpihakan ke rakyatnya dibanding kepemimpinan NA di Bantaeng.
Meski luas dan jumlah penduduk Bantaeng hanya sebanyak dan seluas satu kecamatan saja di Gowa, tapi ternyata angka kemiskinan di Bantaeng justru lebih tinggi. Padahal seharusnya, Bantaeng bisa lebih rendah karena jumlah pendidikan tergolong kecil.
Berbagai fakta antara dua daerah ini juga dibeberkan Ichsan Yasin Limpo (IYL) saat menyampaikan orasi politiknya di kampanye tertutup di Tanetea, Bantaeng, Jumat (2/3/2018) sore.
Dalam kampanyenya, doktor bidang hukum pendidikan Unhas ini, membeberkan beberapa fakta di Kabupaten Gowa dan Bantaeng. Ia terlebih dahulu meminta maaf kepada ribuan warga yang hadir kalau harus mengungkap ini.
Di Gowa, antara lain pendidikan gratis, Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan (SKTB) yang tidak mengenal tinggal kelas, iman dan taqwa (Imtaq) Indonesia.
Selain itu, menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran termasuk juga keberhasilannya memimpin pemerintahan dengan meraih enam kali Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) secara berturut-turut.
“Maafkan saya jika harus menyampaikan hal ini. Ini fakta bukan kabar.Faktanya di Gowa tidak ada sama sekali pungutan terhadap siswa di semua tingkatan. Kalau hanya kabar, di Bantaeng katanya ada juga program pendidikan gratis. Tapi masyarakat belum merdeka karena masih ada pungutan di sekolah,” kata Ichsan dalam orasi politiknya dihadapan ribuan masyarakat Bantaeng.
Selain menyinggung pendidikan gratis, kandidat yang dikenal komitmen, tegas dan merakyat ini juga sempat menyindir perihal angka kemiskinan di Bantaeng yang berada di urutan ke 14 di Sulsel.
“Jadi sekali lagi maafkan saya jika fakta ini harus saya sampaikan. Jangan bandingkan Gowa dengan Bantaeng. Bantaeng itu daerah kecil. Hanya satu kecamatan di Gowa sudah sudah sebanding dengan satu kabupaten di Bantaeng,” bebernya.
Justru menurut IYL, jika dirinya yang memimpin Bantaeng selama 10 tahun, maka orang miskin dan pengangguran di daerah ini bisa jauh lebih berkurang. Malah memungkinkan tidak ada lagi di sebut warga miskin.
Bukan hanya terkait angka kemiskinan dan pengangguran saja, mantan anggota DPRD Sulsel ini juga menyinggung tentang investor.
“Disini katanya banyak investor yang masuk membangun industri. Seperti smelter, industri pengalengan ikan, nikel. Apakah betul itu ada?,” tanya IYL kepada warga masyarakat Bantaeng.
Masyarakat dengan antusias menjawab pertanyaan Punggawa panggilan IYL. “Tidak ada yang terealisasi itu Pak. Bohong itu. Hanya peletakan batu pertama saja tapi wujudnya tidak ada,” sahut warga yang hadir dalam kampanye tertutup IYL di Tanetea.
Mendengar hal itu, IYL menimpali dengan perkataan. “Artinya masyarakat di Bantaeng, belum sepenuhnya merdeka? Padahal ada Bupati di daerah ini justru ke Gowa lalu menyebut disana tidak meredeka,” katanya.
Padahal, fakta di Kabupaten Gowa,selama kepemimpinannya, ia dengan investor sejak awal sudah berkomitmen, bahwa industri yang dibangun di Gowa harus mempekerjakan 70 lebih persen penduduk asli, tidak boleh tidak.
Atas komitmen tersebut, akhirnya sejumlah perusahaan industri di Gowa, seperti Indofood, roti jordan dan sebagainya karyawannya lebih dari 90 persen berasal dari Gowa.
“Makanya angka pengangguran dan kemiskinan di Gowa semakin menurun,” pungkasnya.
Olehnya itu, dirinya mengajak seluruh masyarakat Kabupaten Bantaeng memberikan dan memilih IYL-Cakka pada tanggal 27 Juni mendatang di tempat pemungutan suara (TPS).
“Jadi, kalau mau tidak ada lagi pungutan atau pembayaran di sekolah maka pilih IYL-Cakka termasuk memilih pemimpin yang tidak suka berbohong,” bebernya. (*)