“Nurdin Halid datang belakangan setelah lebih dari 15 tahun menghilang dari kancah perpolitikan Sulsel. Nurdin Halid juga kembali dengan catatan yang kurang populer karena dianggap pernah tersangkut masalah hukum.
Tapi, lihatlah. NH bisa dengan mudah mendongkrak keterpilihannya hingga lebih dari dua digit,” tuturnya.

Ia mencatat, kiprah NH di Sulsel baru kembali dimulai pada 30 Agustus 2016 ketika ia mengambil alih kepemimpinan Golkar Sulsel dari tangan Syahrul Yasin Limpo. Kepastian pencalonannya sebagai Gubernur Sulsel baru diresmikan pada 13 Februari 2017 di Kabupaten Wajo.

Praktis, hingga hari ini NH baru bersosialisasi selama 12 bulan. Dalam sebuah survey internal di awal Januari 2017, menurutnya, keinginan DPD II Golkar se-Susel untuk mencalonkan NH mendapat hambatan karena kenyataannya survey elektabilitas NH hanya mencapai 3 persen.

“Di tengah keraguan, NH terus mencoba menawarkan dirinya. Hasilnya, sungguh menakjubkan. Survey Polltracking menyebutkan elektabilitas NH mencapai 19 persen. Dalam 8 bulan, NH melejitkan keterpilihannya hingga 16 persen. Jika dirata-ratakan maka kenaikan elektabilitasnya stabil di angka 2 persen perbulan,” ungkapnya. (*)