Teori ini kemudian dibuktikan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa pelari jarak jauh (marathon) memiliki frekuensi ACE I yang lebih tinggi daripada populasi biasa non-atlet (Hruskovicova, 2006), penelitian terbaru yang turut menguatkan teori ini adalah penelitian yang berhasil membuktikan endurance atlet dengan ACE I lebih baik dari atlet dengan ACE D, tetapi dalam kemampuan explosive power atlet dengan ACE D lebih baik dari atlet dengan ACE I (Arimbi, 2015).

Jika potensi genetik seperti ini dipadukan dengan strategi pembinaan yang disiplin dan terarah dengan baik maka tidak diragukan beberapa tahun lagi Indonesia akan meraih kembali kejayaannya bahkan jauh lebih baik daripada beberapa dekade
sebelumnya.

Pendekatan yang relatif baru ini perlu untuk menjadi bahan pertimbangan Kementerian Pemuda dan Olahraga dalam menentukan strategi yang sesuai untuk pembinaan bibit-bibit atlet muda demi mendongkrak prestasi olahraga nasional pada umumnya. (*)

Penulis : Dr. Arimbi, M.Pd, Peneliti dan Pengajar di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar
Ketua Umum Lembaga Pengembangan Potensi Prestasi dan Kesehatan Olahraga
Indonesia (P3KORIN) Sulawesi Selatan – Indonesia.