Gowa, Matasulsel – Anggota DPRD Sulsel, Wawan Mattaliu, mengaku miris setelah mengetahui banyak pelajar SMP dan SMA di Kabupaten Gowa yang terindikasi tidak atau kurang lancar membaca. Fenomena tersebut harus segera dicarikan solusi. Termasuk melakukan evaluasi, bahkan peninjauan ulang terhadap penerapan Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan (SKTB) di Kabupaten Gowa.

“Tidak boleh kita tinggal diam melihat generasi masa depan terjerembab dalam jurang kebodohan. Salah satu solusi yang paling nyata ya evaluasi sistemnya (SKTB), kalau perlu ditinjau ulang. Kalau memang sistem di Gowa itu yang membuat anak didik malas sehingga tidak tahu atau kurang lancar membaca, sebaiknya cepat diganti,” kata Wawan, saat dihubungi Jumat, 13 April.

Menurut Wawan, sistem pendidikan yang baik sejatinya mencerdaskan anak bangsa. Di samping itu mesti dapat meningkatkan partisipasi anak didik. Artinya, sistem tersebut dapat mengubah anak didik yang malas menjadi rajin. Sekolah harus menjadi tempat yang menyenangkan alias rumah kedua bagi para pelajar.

SKTB diperkenalkan sejak 2011. Meski demikian, landasan pelaksanaannya baru diterbitkan dua tahun berselang melalui Perda Kabupaten Gowa Nomor 1o Tahun 2013. Setelah tujuh tahun berjalan, dampak sistem itu terindikasi membuat kualitas pendidikan menurun, termasuk minat belajar. Itu karena pelajar malas tidak lagi memiliki keinginan untuk rajin ke sekolah karena adanya jaminan naik kelas.

Yang mengejutkan fenomena pelajar kurang lancar membaca bukan hanya ditemui di tingkat SMP, tapi juga SMA. Padahal, sejatinya kemampuan membaca dan berhitung tuntas pada jenjang pendidikan dasar alias SD.

Berdasarkan penelusuran di lapangan, indikasi pelajar SMP dan SMA di Kabupaten Gowa kurang lancar membaca memang benar adanya. Rata-rata mereka adalah anak didik yang malas. Mereka jarang masuk sekolah lantaran memiliki jaminan naik kelas dengan SKTB.

Salah seorang pelajar kelas XII SMK Negeri 3 Kabupaten Gowa, NA (18), mengaku masih ada adik kelasnya yang belum lancar membaca. NA yang merupakan pelajar jurusan pengelasan itu menyebut temannya yang belum lancar membaca itu masih duduk di kelas XI jurusan kulit.

“Iya ada teman anak jurusan kulit yang belum lancar membaca. Tidak tahu juga kenapa bisa begitu,” ujar NA.

Sebelumnya, sejumlah pelajar SMP maupun Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Gowa juga didapati tidak lancar membaca. Mereka memang rata-rata merupakan anak didik yang malas datang ke sekolah. (*)