Pelatihan Sistem Informasi Menggunakan Aplikasi QGIS, Sukses Terlaksana
CIKARANG — Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang menyelenggarakan Pelatihan Dasar Sistem Informasi Menggunakan Aplikasi QGIS di bidang kesehatan lingkungan.
Pelatihan ini berlangsung dari Selasa hingga Kamis, 22 – 31 Oktober 2024 diikuti oleh 31 peserta dari berbagai instansi kesehatan di seluruh Indonesia.
Tujuan utama dari pelatihan ini adalah untuk membekali peserta dengan kemampuan menerapkan Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan aplikasi QGIS.
Jumiati, salah satu peserta dari Dinas Kesehatan Jeneponto, yang merupakan satu-satunya kabupaten di Sulawesi Selatan yang mengikuti pelatihan ini, menyatakan, “Setelah mengikuti kegiatan ini, seluruh peserta diharapkan dapat menerapkan aplikasi QGIS untuk pengumpulan data spasial.
Lebih lanjut Jumiati mengatakan, kami juga belajar menggunakan alat navigasi satelit dan aplikasi Epicollect untuk mengelola data.”
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem yang menyajikan informasi dalam bentuk grafis menggunakan peta sebagai antarmuka, yang memungkinkan integrasi antara perangkat keras, perangkat lunak, dan data.
Menurut WHO (2000), SIG dapat menangkap, mengatur, menganalisa, dan menampilkan berbagai bentuk geografi yang memberikan informasi penting.
Dalam konteks kesehatan, SIG sangat bermanfaat untuk memetakan kelompok masyarakat rentan berbasis area, seperti pemantauan status kesehatan ibu hamil yang dapat menjadi referensi dalam perencanaan program pelayanan kesehatan.
Penggunaan software open source, seperti QGIS, semakin penting bagi pengelola data kesehatan. Bapelkes Cikarang, sebagai Unit Pelaksana Teknis Kemenkes RI di bidang pelatihan, telah mengembangkan kurikulum pelatihan berbasis aplikasi QGIS untuk tenaga kesehatan di Indonesia.
Di tahun anggaran 2024 ini, Bapelkes Cikarang berhasil meluluskan 31 orang tenaga kesehatan yang telah dilatih dalam mengelola data kesehatan berbasis GIS.
Aulia Fitriani, Ketua Panitia Pelatihan, menyampaikan, “Kami berharap pelatihan ini tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis peserta, tetapi juga mendorong mereka untuk menerapkan ilmu yang didapat dalam praktik sehari-hari, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di daerah masing-masing.” Pungkasnya.
Pelatihan ini merupakan langkah strategis dalam mempersiapkan tenaga kesehatan yang lebih terampil dan siap menghadapi tantangan dalam pengelolaan data kesehatan di era digital. (Oji Pajeka).