Tak terasa, sepekan kedepan bangsa ini akan memasuki sebuah tahapan demokrasi yang monumental di tanggal 14 Februari 2024 yang merupakan ajang lima tahunan dalam memilih kepala negara sekaligus kepala pemerintahan, serta memilih perwakilan di legeslatif sebagai wujud perwakilan suara anak bangsa dalam menyuarakan aspirasinya.

Pemilihan umum (Pemilu) adalah momentum konsolidasi nasional dalam memastikan siapa yang akan menjadi pemimpin negara ini kedepan, hadirnya sosok pemimpin yang lahir dari ibu kandung demokrasi melalui jalur pemilu, akan menjadi bermakna jika di dasari oleh nilai cinta dan kasih terlepas dari kepentingan dan intrik politik yang di sajikan.

Jika sebuah proses di mulai dari sebuah rasa cinta dan kasih sayang, maka muara pencapaian yang kita harapkan ialah terwujudnya tatanan berbangsa dan bernegara yang mengedepankan nilai etika, moral, serta budaya saling menghormati di tengah perbedaan.

Dalam konteks budaya makassar, munculnya kedaulatan rakyat harus di dasari oleh nilai Singai Sikatutui, sipammaling malingi, a’bulo sibatang nakiccera’ sitongkatongka. Nilai saling mengasihi, saling menghargai, dan menjaga persatuan dan kesatuan adalah ujung tombak hadirnya masyarakat yang berkeadilan, berkemakmuran, berkemajuan, yang di bingkai oleh nilai musyawarah dan mufakat sebagai mana tersaji pada lima sila pancasila yakni berketuhanan, berkemanusiaan, persatuan, kebijaksanaan melalui musyawarah dan mufakat, dan berkeadilan untuk seluruh rakyat indonesia.

Akhirnya, kita berharap bahwa di momentum 14 Februari 2024 pekan depan, akan menjadi hari cinta dan kasih sayang demokrasi dalam mewujudkan pemilu damai, aman, dan kondusif. Jauhkan sudut pandang perbedaan, hindari konflik antar sesama, dan kedepankan nilai kebersamaan dan persaudaraan sehingga menumbuhkan jiwa nasionalisme dan cinta pada negara kesatuan Republik Indonesia. Dari Butta Turatea Jeneponto untuk Indonesia, mari wujudkan pemilu damai menuju indonesia berkemajuan. (*)