Dr. Riza Sativani juga menjelaskan bahwa WNI harus memiliki literasi lingkungan yang tinggi meskipun tinggal di negara tetangga.

“Rata-rata siswa SIKL adalah putra atau putri dari WNI yang memiliki pekerjaan di Malaysia, sehingga besar kemungkinan bagi siswa tersebut untuk kembali ke Indonesia. Besar harapan ketika siswa tersebut kembali ke Indonesia memiliki literasi lingkungan yang baik agar mampu menjaga kelestarian negara kepulauan ini,” jelasnya.

Dr. Riza Sativani juga menambahkan WNI harus memiliki literasi lingkungan karena Indonesia memiliki aset laut yang luar biasa dan perlu dijaga, yaitu meliputi kekayaan biodiversitas dan fungsi ekosistem bagi keberlangsungan hidup manusia.

“Literasi lingkungan kelautan dapat ditingkatkan melalui pembelajaran berbasis kearifan lokal. SIKL terletak di Kota Kuala Lumpur, yaitu jantungnya negara Malaysia, sehingga kurang pembelajaran berbasis potensi alam. Sebenarnya Malaysia memiliki kearifan lokal kelautan berupa ekosistem mangrove yang luar biasa, salah satunya adalah Kuala Selangor National Park,” tambahnya.

Dalam kegiatan ini, para siswa dipandu oleh guide dan para dosen untuk belajar tentang lingkungan dan diajak untuk berkontribusi terhadap konservasi melalui proses pembelajaran yang menyenangkan.

Melakukan penanaman ratusan mangrove juga dilakukan sebagai bentuk konservasi yang nyata terhadap ekosistem mangrove.**