Pentas Teater I Lagaligo Pulang Kampung, Ini Pesan Bupati Luwu Timur
Luwu Timur, Matasulsel – Bupati Luwu Timur, HM Thorig Husler di dampingi Wakilnya, Irwan Bachri Syam menghadiri pementasan teater I Lagaligo dalam rangka Semarak Hari Bhakti Adhyaksa ke 59 di halaman kantor Kejaksaan Negeri Luwu Timur, Sabtu (20/07/2019).
Pementasan teater Lagaligo ini memang sudah sangat ditunggu masyarakat. Pasalnya cerita I Lagaligo ini memang banyak mengisahkan tentang daerah di Luwu Timur. Untuk menghargai pementasan teater ini, Bupati Luwu Timur dan jajaran mengenakan baju adat dalam menyaksikan acara itu.
Kisah I La Galigo merupakan sebuah pementasan yang naskahnya diadaptasi dari Sureq Galigo. Wiracarita tentang mitos penciptaan suku Bugis itu
diabadikan lewat tradisi lisan dan naskah-naskah yang terekam dalam bentuk syair di abad ke-13 dan ke-15. Naskah tersebut berbentuk puisi-puisi dengan bahasa dan ditulis dengan huruf Bugis kuno, yang menceritakan kisah asal usul manusia.
Manuskrip kuno ini diyakini terpanjang di dunia dengan ketebalan sekitar 6.000 halaman, yang terdiri dari 12 jilid dan 16.000 bait. Panjang dari epos ini melampaui naskah Mahabharata. Tidak mengherankan jika Sureq Galigo ditetapkan sebagai Memory of the World dari Badan Kebudayaan PBB, Unesco.
Pertunjukan I La Galigo sebelumnya telah dipentaskan secara perdana di Esplanade Theatres on the Bay, Singapura pada 2003. Usai menuai banyak pujian, lakon ini kemudian dipentaskan di kota-kota besar seperti New York, Amsterdam, Barcelona, Rhone, Italia, Taipei, Melbourne, Milan, juga di Makassar, tempat kisah itu berasal. Lakon ini pun sempat dipertunjukkan saat Annual Meetings IMF-World Bank Group 2018 di Bali.
Bupati Luwu Timur, HM Thorig Husler dalam kesempatan itu menyampaikan apresiasi dan terima kasih kasih kepada Jajaran Kejaksaan Negeri Luwu Timur yang telah melaksanakan kegiatan ini bersama pemuda pemudi Luwu sebagai bagian dari upaya menjaga dan melestarikan budaya.
Ia juga mengatakan bahwa meski daerah ini memiliki perbedaan latar belakang suku, agama dan budaya, kita harus bersatu. Jangan sampai kita terpecah belah disebabkan kepentingan atau latar belakang kita. Mari kita jaga perdamaian bangsa kita,” ungkap Husler.
Orang nomor satu di Luwu Timur ini juga sedikit menceritakan bahwa kisah ini menjadi dasar dari sebuah cerita yang menggambarkan petualangan perjalanan, peperangan, kisah cinta terlarang, upacara pernikahan yang rumit, dan pengkhianatan.
Dalam acara itu juga diserahkan Buku Evolusi Pariwisata di Indonesia “Turismemorfosis di Kabupaten Badung, Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Luwu Timur” dari Bupati Luwu Timur, HM Thorig Husler kepada Kepala Kajari Luwu Timur, Yohannes Avilla Agus Awanto Putra. (*)