Luwu Utara, Matasulsel – Perjalanan melelahkan menuju kampung halaman Seko, akan segera bergegas meninggalkan beragam warna dan rasa.
Selanjutnya akan bersambung di tahun 2019 dan pastinya bermacam pula tawaran dinamikanya. Suasana dinamika di tahun 2018 merupakan bahan refleksi yang harus menjadi pijakan untuk berbuat di tahun selanjutnya.

Mata menyaksikan, batin merasakan berbagai macam perjuangan rakyat kecil yang mengundang hati perjalanan ke Seko, yang bisa dijuluki ‘Negeri di Atas Lumpur‘. Berbeda dengan wisata Lolai Toraja yang dijuluki ‘Negeri di Atas Awan‘ karena keindahannya.

Kecamatan Seko berada pada wilayah terpencil di atas pegunungan paling Barat Kabupaten Luwu Utara, dan mempunyai jalan yang menghubungkan akses ke Kabupaten Mamuju. Gidion seorang putra Seko yang sudah lama menetap di Mamuju, datang menghabiskan waktunya di jelang Tahun Baru 2019 sekaligus naik ojek ke Seko.

Melalui jejaring WhatsApp nya pada media ini, Minggu sore, 30/12/2018, mengatakan, bahwa ada dua kecamatan yang merupakan wilayah terisolir yang terbengkalai di Kabupaten Luwu Utara yakni Kecamatan Seko dan Rampi.

Pekerjaan mayoritas warganya adalah bertani padi dan kopi, namun kondisi insfrastruktur di dua kecamatan ini masih sangat jauh dari rasa merdeka.

Menurutnya, infrastruktur jalan yang hari-harinya menjadi urat nadi perokonomian sebagian besar masyarakat Seko masih sangat berlumpur.

“Akses jalan ke Seko adalah persoalan pelik yang harus diperhatikan oleh Pemerintah Kabupaten Luwu Utara, harus melihat secara komprehensif mengenai persoalan akses ini,” ungkapnya pada media ini,
Sebagai refresh bahwa jalan ini akan dikerja ditahun 2019.(yustus)