Pesan Damai dari Kejurnas Bupati Cup III Jeneponto, untuk Negeri Tercinta
JENEPONTO, MATASULSEL – Perhelatan Kejurnas Bupati Cup III di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, pada tanggal 29 hingga 31 Agustus 2025, bukan sekadar sebuah kompetisi—ia adalah sebuah simfoni persatuan yang mengalun indah di tengah keragaman bangsa.
Di sana, di bibir pantai Tamarunang yang berkilau, 260 hingga 300 peserta berkumpul, membawa harapan dan semangat dari setiap sudut tanah air, dari Papua yang jauh hingga Aceh yang dingin, dari Banten yang bersinar hingga Kota Kendari yang memikat.
Namun, di luar keindahan itu, diwaktu yang bersamaan, gelombang realitas sedang mengguncang di hampir seluruh kota di Indonesia tak terkecuali Sulawesi Selatan.
Di berbagai lokasi, demonstrasi menuntut keadilan berkobar, menciptakan kontras yang tajam dengan kedamaian yang diciptakan di Jeneponto.
Tragedi pembakaran gedung Wakil Rakyat Propinsi Sulawesi Selatan dan kota Makassar Makassar dan jatuhnya korban jiwa menggambarkan luka yang mendalam di hati bangsa ini.
Di sinilah, di Butta Turatea 90 KM dari arah kota Makassar, Kejurnas Bupati Cup III berfungsi sebagai oasis—tempat di mana konflik dan kekerasan tak memiliki ruang untuk tumbuh.
Di arena yang dipenuhi riuh suara sorak-sorai, para peserta bersatu dalam cinta dan kedamaian. Mereka bertarung di atas punggung kuda, menarik busur dengan ketekunan dan semangat.
Di antara deru napas dan denting panah yang meluncur, terlahir momen-momen keindahan yang menghangatkan jiwa. Ini adalah arena tanpa pertikaian, di mana setiap anak negeri saling menghormati, merayakan keberagaman dan menguatkan persaudaraan.
Aroma kopi Arabika rumbia yang semerbak menyelimuti kegiatan ini, membawa kehangatan ke dalam setiap hati yang hadir.
Di tengah keramaian, doa-doa terlantun, harapan akan ketentraman bagi seluruh negeri. Peserta dari Aceh hingga Papua, masing-masing membawa cerita dan mimpi, saling menguatkan dalam satu suara.
Mereka mengangkat tangan dan hati, meminta agar kedamaian senantiasa menyelimuti Indonesia, negeri yang kita cintai ini.
Keindahan tidak hanya terletak pada kompetisi, tetapi juga dalam interaksi yang tulus antara peserta, panitia, dan masyarakat.
Di tengah kebisingan diberbagai daerah, kecurigaan saling tuding, tapi disini ditanah Turatea terlihat anggota TNI dan Polri yang berseragam bersatu, tidak terlihat kecurigaan, saling benci apalagi hasut menghasut, melainkan merayakan solidaritas yang terjalin di antara mereka, di sinilah, di Jeneponto, kita menemukan makna persatuan sejati.
Saat perlombaan mencapai puncaknya, setiap peserta tidak hanya berjuang untuk meraih medali, tetapi juga untuk menciptakan ikatan yang kuat di antara sesama anak negeri.
Kemenangan dan kekalahan hanyalah dua sisi dari koin yang sama, yang terpenting adalah perjalanan yang dilalui bersama, yang menjadikan kita satu.
Pesan damai yang terukir di Kejurnas Bupati Cup III bukanlah untuk dilupakan, melainkan untuk dijadikan pengingat, meskipun tantangan dan kesulitan selalu mengintai cinta dan persatuan bisa mengatasi perpecahan yang ada.
Dalam setiap panah yang melesat dan setiap kuda yang berlari, terdapat harapan akan masa depan yang lebih baik bagi bangsa ini.
Dengan penuh rasa syukur, kita mengenang perhelatan ini sebagai sebuah momen berharga dalam perjalanan kita. Mari kita terus mendoakan dan berjuang untuk Indonesia yang lebih baik, di mana setiap suara didengar dan setiap jiwa dihargai.
Dalam pelukan persaudaraan, kita akan terus bergerak maju, menabur benih-benih kedamaian di seluruh penjuru tanah air.
Perhelatan dan erlombaan di Jeneponto adalah sebuah doa—doa untuk negeri tercinta, untuk keadilan dan untuk kedamaian yang abadi.
Di sinilah, di tengah kebisingan dunia, kita temukan harapan, di mana setiap anak negeri memiliki tempat dan suara. Mari kita jaga dan rawat persaudaraan ini, demi masa depan yang gemilang.
Dari Jeneponto Butta Turatea Pesan damai untuk Negeri.