JENEPONTO – Dalam satu tahun kepemimpinan PJ Bupati Jeneponto, Junaedi Bakri telah menorehkan jejak yang mendalam di hati masyarakat.

Setiap langkah yang diambilnya bukan hanya sekadar kebijakan, tetapi sebuah panggilan untuk menghidupkan semangat kolektif, menciptakan ruang bagi partisipasi masyarakat, dan meneguhkan identitas lokal yang kaya.

Salah satu inisiatif yang paling menggugah adalah hadirnya car free day setiap hari Ahad di sepanjang Jalan Lanto Daeng Pasewang, tepat di depan kantor Bupati. Acara ini bukan hanya tempat berkumpul, tetapi menjadi simbol kepedulian terhadap kesehatan masyarakat. Ratusan warga dengan semangat mengikuti senam pagi, sementara komunitas UMKM dengan antusias menyajikan menu terbaik mereka.

Aroma masakan lokal, tawa anak-anak, dan suara obrolan hangat memadukan suasana menjadi satu kesatuan yang menggembirakan.

Kedekatan Junaedi dengan pemuda dan aktivis juga patut dicontoh. Ia membuka ruang diskusi yang hangat, memfasilitasi pertukaran ide yang merangsang kreativitas.

Ini bukan hanya tentang mendengar, tetapi tentang mengajak generasi muda untuk berkontribusi dalam pembangunan daerah. Melalui inisiatif ini,

Junaedi menunjukkan bahwa kepemimpinan bukanlah tentang kekuasaan, melainkan tentang kolaborasi.

Di tengah kesibukan, Junaedi juga mengingat dan merayakan budaya lokal. Festival Gantala Jarang dan peringatan Hari Jadi Jeneponto ke 160 menjadi momen yang sarat makna, mengingatkan masyarakat akan pentingnya identitas budaya.

Dengan gagasan “Jeneponto Mandiri Kuda,” ia tidak hanya melestarikan tradisi berkuda, tetapi juga menginspirasi generasi muda untuk menghargai warisan leluhur.

Kepemimpinan Junaedi Bakri bukan hanya sekadar simbol, ia adalah teladan dalam disiplin dan komitmen. Setiap rapat, pertemuan, dan kunjungan dilaksanakan tepat waktu, menunjukkan bahwa waktu adalah aset berharga.

Ia juga menginisiasi perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Sungai Belokallong, menciptakan cara baru untuk merayakan dengan memanfaatkan potensi alam.

Namun, kepedulian Junaedi tidak berhenti di situ, ia menunjukkan kepedulian yang tulus terhadap masyarakat miskin, terutama korban bencana seperti kebakaran.

Gagasan “Jeneponto Tuntas Stunting” dan inisiatif anggaran berbasis lingkungan menegaskan komitmennya untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan berdaya.

Saat berita pemberhentian Junaedi Bakri sebagai PJ Bupati datang, rasa kehilangan menyelimuti masyarakat.

Media sosial dan pemberitaan dipenuhi ungkapan duka dan harapan agar kepemimpinannya berlanjut. Masyarakat menyadari bahwa Junaedi telah menanamkan benih perubahan yang akan terus tumbuh di tanah Jeneponto.

Kisah kepemimpinan Junaedi Bakri adalah pelajaran berharga tentang bagaimana kepemimpinan dapat mengubah wajah suatu daerah.

Ia telah menciptakan ruang untuk harapan dan inspirasi, meninggalkan warisan yang akan dikenang dalam setiap langkah pembangunan Jeneponto di masa depan.

Keberanian dan dedikasinya menjadi contoh nyata bahwa kepemimpinan yang baik adalah tentang memberi, berkolaborasi, dan mencintai “Butta kalasuksng passolongan ceratta, Turatea Jebeponto”. (Oji Pajeka).