JENEPONTO, MATASULSEL —
Kegiatan Appakabaji Vol 2 yang digelar oleh TITTLE (Institut Pelajar Merdeka) berlangsung penuh semangat dan inspirasi. Bertempat di Desa Rumbia, Kecamatan Rumbia, rangkaian program difokuskan pada peningkatan kompetensi digital, penguatan literasi pelajar, penanaman karakter, serta pendekatan edukasi berbasis lingkungan dan nilai spiritual.

Di pagi hari, Selasa, 22 Juli 2025, kegiatan diawali dengan pelatihan kompetensi digital bertajuk Kelas AI untuk Guru yang melibatkan pendidik dari SD Negeri 1 Rumbia, SMP Negeri 1 Rumbia, dan SMA Negeri 14 Jeneponto. Kelas ini menghadirkan tiga narasumber muda dengan latar belakang yang kuat di bidang teknologi dan pendidikan: Dewi, Magfirah dan Ratu Azra Azzahra.

Para pemateri membekali para guru dengan pemahaman dasar seputar kecerdasan buatan, pemanfaatan AI dalam proses pembelajaran, hingga pentingnya etika digital dan keamanan data di ruang pendidikan. Hasil dari kelas ini bukan hanya meningkatkan literasi digital para guru dan membuat manajemen kelas lebih interaktif dan kreatif.

Usai pelatihan digital, kegiatan dilanjutkan dengan Kelas Kepenulisan yang melibatkan siswa dari SMP dan SMA. Mereka diajak mengeksplorasi potensi berpikir kritis dan ekspresi diri melalui tulisan. Dengan pendekatan yang komunikatif, para peserta menghasilkan berbagai karya tulis mulai dari puisi, catatan reflektif, hingga opini sederhana.

Siang harinya, perhatian bergeser pada sesi TITTLE Pappasang, yaitu forum pendidikan karakter yang melibatkan pelajar dari SMA Negeri 14 Jeneponto. Forum ini menghadirkan Aulia, seorang aktivis perempuan yang konsisten dalam isu-isu pemberdayaan dan pendidikan nilai.

Dalam forum ini, Aulia mengajak peserta mendiskusikan pentingnya adab dan karakter, khususnya dalam konteks kehidupan sosial dan budaya lokal di Butta Turatea. Nilai-nilai seperti sopan santun kepada orang tua dan guru, etika berbicara di ruang publik, hingga kepedulian terhadap komunitas dan lingkungan sekitar menjadi pokok bahasan yang menggugah.

Forum ini tidak hanya memberikan ruang refleksi, tetapi juga melahirkan kesepakatan kolektif berupa Deklarasi Nilai Pelajar Butta Turatea, yang menegaskan bahwa karakter bukan hanya bekal pribadi, tetapi juga fondasi membangun masyarakat yang beradab dan saling menghargai.

Sore harinya, semangat belajar beralih ke luar ruangan melalui kegiatan Sekolah Alam yang diikuti oleh siswa-siswa SD. Kegiatan ini berlangsung di Lapangan Rumbia dengan berbagai permainan edukatif yang dirancang untuk menanamkan kecintaan pada alam, kerja sama tim, serta pembelajaran berbasis pengalaman langsung. Keceriaan anak-anak menjadi bukti bahwa belajar di alam terbuka mampu menumbuhkan semangat belajar yang lebih hidup dan menyenangkan.

Menjelang petang, kegiatan ditutup dengan program SAJAK (Satu Ayat Seribu Kebaikan) yang melibatkan para santri TKA-TPA Rumbia.

Dalam suasana yang hangat dan penuh nilai spiritual, anak-anak tampil membacakan hafalan ayat-ayat pendek Al-Qur’an yang diselingi dengan pembacaan sajak bertema kebaikan. Momen ini menghadirkan suasana teduh, menyentuh hati, dan menjadi pengingat bahwa pendidikan juga perlu menyentuh sisi rohani dan batin manusia.

Hari kedua Appakabaji Vol 2 bukan sekadar serangkaian aktivitas, tetapi sebuah perjalanan belajar yang menyatukan teknologi, literasi, karakter, alam, dan nilai-nilai keagamaan dalam satu nafas perubahan. Dari ruang kelas hingga lapangan terbuka, dari guru hingga santri, semua bergerak dalam semangat yang sama: membangun pendidikan yang adil, adaptif, dan membumi di Butta Turatea. (*)