Publik Lebih Percaya Survei LSI dan JSI Dibanding Survei “Abal-Abal”
Makassar, Matasulsel – Publik Sulsel diyakini lebih percaya survei yang punya kredibilitas di bidang riset dan pemenangan dibanding survei yang hasilnya terkesan dipaksakan, dan lembaganya dipertanyakan.
Lembaga survei nasional yang punya pengalaman dan kredibilitas yang tak diragukan, seperti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Jaringan Suara Indonesia (JSI), maupun lembaga lain, temuan datanya dinilai objektif.
LSI maupun JSI tidak akan mungkin bisa diintervensi untuk pengambilan sampel, termasuk merubah data-datanya. Sebab sejak dulu, lembaga ini selalu mengedepankan profesionalisme dan akurasi risetnya.
Tak heran disejumlah Pilkada di Indonesia, hasil riset lembaga ini, biasanya tak beda jauh dengan hasil pencoblosan. Terutama jika temuan risetnya dilakukan jelang pencoblosan.
Peneliti LSI, Fitri Hari menuturkan, di Pilkada mana pun, pihaknya tak mau diintervensi untuk pengambilan data, termasuk dalam penentuan sampel. Surveyor yang dilibatkan juga bukan bagian tim atau relawan kandidat tertentu.
“Tidak ada ruang intervensi bagi siapapun di pengambilan dan pengolahan data. Hasil yang kami sampaikan, sama sekali tak ada istilah rekayasa, apalagi sampai menambah dan mengurangi angka,” tutur Fitri.
Sekadar diketahui, LSI belum lama ini merilis hasil surveinya yang mengunggulkan Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar. Selisih elektabilitas dengan pasangan di posisi kedua, melebihi dari batas marjin of error.
Selain LSI, JSI yang melakukan pengambilan data di Mei 2018, juga menempatkan IYL-Cakka di posisi teratas. Meski persentasenya hampir sama dengan temuan LSI untuk posisi teratas, namun di posisi kedua NH-Aziz dan NA-ASS saling menyalip.
Bagaimana dengan Indeks Indonesia yang sehari sebelumnya merilis surveinya yang justru bertolak belakang dengan temuan JSI dan LSI? Lembaga ini berdasar rekam jejak digital kebanyakan punya data survei yang meleset.
Bahkan angka yang dipublishnya sangat berbeda jauh dengan hasil dibeberapa pilkada. Lalu apakah di Sulsel terjadi kekeliruan yang sama? Ataukah sengaja datanya diintervensi pihak tertentu? Publik akan menilai sendiri.
Pemerhati demokrasi, Andi Magau, mengurai, lembaga survei diharapkan tidak merekayasa data atau metodologi yang digunakan. Jangan sampai memaksakan mengunggulkan kandidat tertentu, tapi menyalahi dari penelitian yang sesungguhnya.
“Tapi saya yakin, publik pasti percaya lembaga survei kredibel seperti LSI dan JSI, SMRC, Indikator atau lembaga yang punya pengalaman riset yang datanya bisa dipertanggungjawabkan ketimbang hasil survei abal-abal. Tapi saya tidak mau menyebut atau menyudutkan lembaga yang terkesan murahan. Biar publik yang menyimpulkan sendiri,” tutur Andi. (*)