Makassar, Matasulsel – Hitungan menit setelah Jaringan Suara Indonesia (JSI) merilis hasil surveinya jelang Pilgub Sulsel, Juru Bicara Nurdin Halid-Aziz Qahhar Mudzakkar (NH-Aziz) langsung berceloteh. Seperti kebiasaannya jika ada yang tidak disukai, menjadikan akun sosial medianya untuk “curhat” seakan menempatkan hanya dirinya lah paling benar.

Di survei lembaga nasional tersebut menempatkan NH-Aziz di posisi ketiga. Tertinggal sekira 9 persen dari Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar (IYL-Cakka) yang makin mantap di posisi pertama satu bulan jelang pencoblosan.

Dari status dan komentar rilisnya yang dikirim ke media, Risman seakan tak percaya dengan temuan riset yang secara metodologi, pengambilan sampel dan objektivitasnya tak perlu diragukan. Padahal lembaga ini, sekali pun dekat dengan kandidat, profesionalisme dalam pengambilan data tetap menjadi harga mati.

Menanggapi “ocehan sinis” Risman, Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Janwar Karim justru balik mempertanyakan pemahaman Risman terhadap riset. Di sisi lain, menggembor-gemborkan survei CSIS yang mengunggulkan NH-Aziz, lalu menuding lembaga lain seolah tak profesional.

“Jangan-jangan Risman Pasigai itu hanya percaya pada koruptor? Ada kesan hanya dari mulutnya lah yang benar. Katanya aktivis juga, tapi kok seperti itu,” tegrang Janwar yang masih tercatat sebagai pengurus Badko HMI Sulselbar, Minggu 28 Mei 2018.

Menurut dia, jika memang Risman atau kubu NH-Aziz merasa hasil survei itu sangat merugikan, seharusnya dijadikan bahan evaluasi. Sebab jika mengacu data di survei tersebut, memang publik Sulsel banyak yang mempersepsikan jika NH bersalah dalam kasus korupsi yang pernah menjeratnya.

“Kalau memang kandidatnya pernah korupsi tidak usah sensi, karena itu kenyataan. Dan jangan salahkan survei kalau temuannya banyak masyarakat yang tidak suka dengan mantan terpidana korupsi. Seharusnya sesalkan, kenapa kandidatnya pernah korupsi,” tegasnya. (*)