Makassar, Matasulsel -Kesenjangan ekonomi merupakan permasalahan klasik di Sulsel yang tidak kunjung terselesaikan. Di tengah pertumbuhan ekonomi Sulsel yang melesat di atas angka nasional, kesenjangan ekonomi menjadi momok bagi masyarakat. Pertumbuhan hadir tidak merata, dimana yang kaya semakin jaya dan yang miskin semakin melarat.

Ketua STIE Amkop Makassar, Bahtiar Maddatuang, mengatakan kesenjangan ekonomi dapat dilihat dari statistik gini ratio. Di Sulsel, angka gini ratio menembus 0,42 atau melebihi angka nasional sebesar 0,39. Torehan itu menjadi warning bagi pimpinan, khususnya para pengambil kebijakan untuk lebih mengedepankan program pro-rakyat kecil.

Bahtiar mengatakan sudah sepatutnya Sulsel dipimpin oleh figur yang paham dan tuntas perihal ekonomi kerakyatan jika ingin memangkas kesenjangan. Karena itu, Pilgub Sulsel 2018 bukan sekadar kontestasi politik, tapi juga momentum mengakhiri kesenjangan ekonomi. Syaratnya yakni memilih figur yang memiliki konsep dan program pro-rakyat kecil.

Dari sederet figur yang muncul pada Pilgub Sulsel, Bahtiar menyebut Nurdin Halid-Aziz Qahhar Mudzakkar (NH-Aziz) mempunyai konsep dan program terukur yang sangat riil dalam mengakhiri kesenjangan ekonomi. NH-Aziz memang sudah lama dikenalnya sebagai tokoh yang sangat mendukung penerapan ekonomi kerakyatan. Khusus NH, sambung dia, pun telah teruji sepanjang karirnya.

Bahtiar menuturkan keunggulan NH terletak pada konsep trikarya yang diimplementasikan dalam beragam program pro-rakyat kecil, termasuk Gerakan Bangun Kampung. Bermodal konsep matang ditunjang jaringan kuat NH di tingkat nasional dan internasional, program-program yang dianggap mustahil mampu direalisasikan.

“Sangat penting untuk menekan angka gini ratio di Sulsel yang sudah mendekati 0,5. Untuk itu, dibutuhkan model pemerataan pertumbuhan ekonomi yang berdaya saing. Nah, itu semua sesuai dengan konsep trikarya yang digagas NH,” kata Bahtiar, saat dihubungi Minggu, 5 November.

Menurut Bahtiar, program NH-Aziz dengan basis ekonomi kerakyatan menjadi solusi atas beragam permasalahan kesejahteraan di Sulsel. Tinggal bagaimana meyakinkan masyarakat bahwa program tersebut akan berjalan dengan baik. “Program dari konsep trikarya itu memang diharapkan tidak hanya mengakhiri ketimpangan pembangunan dan ekonomi, tapi juga mengatasi tingginya angka pengangguran,” ucap dia.

Sementara itu, NH mengungkapkan konsep trikarya yang digagasnya merupakan pemikiran mendalam atas permasalahan Sulsel. Konsep trikarya berupa pembangunan berbasis infrastruktur, pembangunan berbasis ekonomi kerakyatan dan pembangunan berbasis kearifan lokal. Semua itu disusunnya setelah melalui perjalanan panjang mengunjungi dan menyerap aspirasi masyarakat Sulsel.

“Jika Soekarno memiliki konsep trisakti, Soeharto memiliki trilogi pembangunan dan Jokowi memiliki nawa-cita, maka NH mempunyai konsep trikarya. Konsep inilah yang dijabarkan dalam program-program pro-rakyat, mulai dari pendidikan dan fasilitas sekolah gratis, kredit kesejateraan petani tanpa bunga, layanan kesehatan gratis berbasis KTP hingga Gerakan Membangun di Kampung,” terang NH.

NH menegaskan pula langkahnya bertarung pada Pilgub Sulsel bukanlah untuk mengejar kekuasaan. Malah, ia ingin mengabdi setelah sekian lama melanglang buana di pentas nasional dan internasional. Kini, Ketua Harian DPP Golkar itu mantap memilih pulang kampung untuk mengimplementasikan seluruh ilmu dan jaringan yang dimilikinya untuk membangun Sulsel Baru yang lebih makmur dan sejahtera. (***)