Salut! Banyak Perawat Rela Tak Libur Lebaran Demi Merawat Pasien Corona
Jakarta, Matasulsel – Momen hari raya Idul Fitri tahun ini sepertinya tidak bisa dirasakan seutuhnya oleh sejumlah orang. Salah satu yang harus rela tidak merayakan lebaran tahun ini yaitu para tenaga medis, khususnya perawat. Mereka harus merelakan jatah libur lebarannya tahun ini karena adanya wabah Corona Virus Disease Covid 19, Di Jakarta, Minggu, (24/5/2020).
Biasanya, para perawat organik atau pegawai tetap di rumah sakit sudah mempunyai jadwal yang tersistematis. Para perawat sudah mempunyai jatah libur lebaran masing-masing setiap tahunnya. Tapi, bagi perawat yang mendapat jatah libur lebaran tahun ini, ia harus siap rela masuk bekerja. Sebab, pasien Covid-19, utamanya di rumah sakit rujukan terus bertambah.
“Jadi itu sudah biasa. Kalau ada kejadian luar biasa. Kita yang mengalah, demi untuk memenuhi kerja kita. Yang harusnya cuti tahun ini, giliran libur lebaran, ya karena ada kejadian luar biasa wabah seperti ini, banyak juga yang tidak jadi libur. Karena kebutuhan pelayanan,” beber Ketua DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadillah saat berbincang dengan Okezone.
Merawat dan menangani kebutuhan pasien memang menjadi salah satu tugas perawat. Mereka harus siap jika dibutuhkan. Bahkan, saat pandemi seperti sekarang ini, banyak perawat yang tidak pulang ke rumah ataupun hanya sekadar bertemu sanak keluarga. Perawat yang tidak pulang mayoritas mereka yang bekerja sebagai relawan di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet maupun Pulau Galang.
“Yang memang tidak bisa pulang sama sekali itu kan yang di Wisma Atlet. Dia kontrak sebulan. Kontraknya kan sebulan, terus 14 hari karantina, jadi 45 hari. Tapi, pada umumnya, 85 persen mereka nyambung pada kontrak berikutnya. Jadi enggak pulang lagi,” paparnya.
Pasien positif Covid-19 di Indonesia sendiri kian hari terus bertambah. Angkanya kini sudah menembus 20 ribu. Itu musababnya beban perawat semakin berat. Jika saja angka pasien positif Covid-19 terus bertambah dan mencapai angka 80 ribu, bukan tidak mungkin Indonesia seperti Italia.
“Jangan sampai seperti Italia. Italia itu sempat, perawat atau dokternya itu melayani pasien dipilih-pilih saja yang cukup mungkin bisa hidup, karena fasilitas terbatas, tenaga medis terbatas, pasiennya banyak,” ungkap Harif.
Sumber : Okezone
Editor : Mustakim