Palopo, Matasulsel – Masih dalam rangkaian Festival Keraton Nusantara Ke-13 tahun 2019 Tana Luwu, Sanggar Seni Budaya Lipumaraninding Rongkong Kab. Luwu Utara mempersembahkan 2 Tarian Sekaligus di Istana Kedatuan Luwu (Kamis, 12/09) Malam.

Tarian tersebut masing-masing adalah Tari Ma’kayanganni dari tana masakke kecamatan rongkong dan tari Majjaga Kuranjen Kambori Bulan dibawa pimpinan dan binaan Hj. Wajallangi.

Kepala UPT Pengelola Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Luwu Utara Bulan Masagena menjelaskan Ma’kayanganni merupakan tarian tradisional yang dilakukan oleh para leluhur Rongkong di zaman dahulu kala untuk melakukan pengobatan secara tradisional terhadap orang yang sedang sakit.

“tarian ini diawali dengan gerakan sando memohon kepada dewa kiranya diridhoi dan diturunkan ramuan obat-obatan yang digunakan dalam melakukan pengobatan diiringi dengan mantra-mantra untuk kesembuhan sehingga yang diobati benar-benar sembuh, lalu sando menuntun untuk berdo’a bersama, memegang jari jemari lalu melompat diatas bara api dengan wajah yang sumringah karna kesehatannya telah pulih” ungkapnya.

Sementara itu, tari majjaga kuranjen kambori bulan yang ditampilkan oleh salah satu anak suku di kedatuan tana luwu yakni suku rongkong merupakan tarian sakral Pangngadaran rongkong tana luwu hanya ditampilkan pada acara-acara tertentu yang disakralkan seperti acara ma’bua atau pesta adat.

“tarian ini mengenakan pakaian adat rongkong dengan passapu di kepala dan selendang tenunan tradisional kain rongkong yang melingkar dileher dan pinggang, yang merupakan tenunan peninggalan para leluhur rongkong yang diproduksi dari tangan-tangan masyarakat rongkong secara turun temurun hingga sekarang” tuturnya.

Bulan menambahkan tari majjaga kuranjen kambori bulan ini juga diiringi syair-syair sastra daerah rongkong yang berisi doa-doa keberkahan dan keselamatan serta perlindungan dari yang maha kuasa dan pada jaman dahulu kala tarian ini dilakukan untuk mengobarkan semangat juang para panglima perang agar masyarakat rongkong tetap berjaga, tidak terlelap dalam tidur dan tidak terlena dalam mempertahankan wilayah adat rongkong dari serangan musuh.