Makassar, Matasulsel – Kalangan akademisi di Makassar ikut mengomentari tentang pernyataan kubu pasangan Nurdin Halid-Aziz Qahhar Mudzakkar yang menyebut hanya kecurangan bisa mengalahkan mereka di Pilgub.

Begitu juga, saling klaim survei antara kubu NH-Aziz dan NA-ASS bisa saja dilakukan sebagai bentuk kepanikan atau takut kalah. Sebab dengan waktu yang tersisa, semua kemungkinan masih bisa terjadi.

Sehingga jika ada yang mengesankan dirinya sudah unggul, lalu melempar tudingan hanya mengalahkan mereka, maka patut diwaspadai motif terselebungnya.

Jangan sampai berusaha menuding pihak lain, lalu mereka sendiri ingin menghalalkan segala cara. Atau mengesankan jika mereka kalah, karena yang lain melakukan kecurangan.

Terkait itu, Pengamat Politik dari Universitas Bosowa (Unibos) Arief Wicaksono menuturkan, pernyataan tersebut sangat berbahaya.

Pasalnya, proses Pilgub Sulsel disebutnya bisa tercederai gegara penggiringan opini di masyarakat. Bukan hanya itu, stabilitas keamanan di kontestasi yang diikuti 4 Pasangan bisa memicu timbulnya konflik horizontal, khususnya di masyarakat.

Untuk itu, kandidat yang mengklaim surveinya paling tertinggi sengaja melakukan strategi pembentukan opini di masyarakat. Termasuk berusaha menuding calon lain akan melakukan kecurangan alias jekkong jika ingin memenangkan pertarungan.

“Jadi ada upaya melekatkan image jekkong atau curang kepada salah satu kandidat. Sebenarnya, tidak perlu dilakukan pencitraan opini seperti ini karena berpotensi menimbulkan konflik dan stabilitas keamanan,” tegas akademisi dari Unibos ini.

Arief mencermati, klaim hasil survey juga sebenarnya tidak terlalu berpengaruh, karena dinamika dukungan elektoral di masyarakat bagi calon pemilih sangat tinggi.

Menurut dia, sekarang mungkin angkanya sekian, tapi besok belum tentu sama. Bisa juga berkurang, tergantung kinerja politik di lapangan.

Mungkin saja awalnya diunggulkan, tetapi bisa saja kedodoran diakhir kompetisi. Hal ini bagi Arief sering kali terjadi dalam di kontestasi pilkada.