Bercermin dari kepemimpinannya di Gowa selama 10 tahun, Ichsan memang tak sehebat beberapa kepala daerah yang piawai mengumbar pencitraan di media, tapi didalamnya sangat keropos. Ichsan jauh tertinggal untuk urusan meletakkan batu pertama, namun tak ada realisasi. Karena sekali lagi, doktor bidang hukum pendidikan ini, memang lebih mengutamakan fakta ketimbang janji atau pencitraan.

Lewat kepemimpinan Ichsan, Gowa kini jauh lebih merdeka. Merdeka, karena tak ada lagi istilah pungutan satu rupiah pun ke orang tua siswa. Merdeka, karena kaya dan miskin semua bisa menikmati pendidikan yang benar-benar gratis.

Merdeka, karena rakyatnya juga benar-benar menikmati kesehatan gratis. Merdeka, karena rakyatnya merasa terlindungi. Tak ada kecemasan tanah dan haknya dirampas oleh konglomerat. Sebab siapapun itu yang ingin membeli tanah di wilayah Gowa, harus memiliki KTP Gowa. Bukan surat keterangan sementara.

Berkat kepemimpinan Ichsan pula, mini market yang menjamur di daerah lain, tetap bisa terkontrol di Gowa. Ada pembatasan di setiap kelurahan. Dan itu dilakukan, agar roda usaha menengah ke bawah yang dijalankan rakyat, tetap bisa berjalan dan bersaing.

Pembeda lainnya yang dimiliki IYL, tentu saja soal komitmennya menjalankan pemerintahan bersih atau bebas dari penyalahgunaan. Selama 10 tahun memimpin Gowa, ia berhasil membawa kabupaten yang wilayahnya sekitar lima kali lipat luasnya dibanding Bantaeng ini, mendapatkan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) lima kali berturut-turut. Dan ini satu-satunya kabupaten di Sulsel.

Bukan hanya itu saja, berkat kegigihan memimpin dan melayani rakyat, Ichsan pernah membawa Gowa sebagai kabupaten pemerintahan terbaik kedua se-Indonesia. Dan lagi-lagi ini pertama untuk kabupaten di Sulsel.

Keberpihakan lainnya ke rakyat adalah penegasan ke siapapun investor yang menanamkan modal atau investasinya di Gowa. Syarat wajibnya, tenaga kerja atau karyawan yang direkrut harus memprioritaskan putra-putri daerah. Begitu juga untuk sektor lain yang di catatan ini tak sempat diurai.

Pembeda lainnya yang penulis rasakan, adalah kedisiplinan Ichsan. Bukan hanya “Mister Komitmen” yang layak untuk disandangnya. Tapi julukan “Mister On Time” patut juga disematkan. Ia bukan tipikal pejabat pengguna “jam karet”.

Berulangkali penulis dibuat terkagum hingga “tertinggal” dengan aksi “Mister On Time”. Jika ada undangan atau kegiatan yang ingin dihadirinya, jangan tunggu bergerak setelah jadwal yang ditentukan. Sebab kebanyakan ia memilih bergegas atau datang lebih awal.

Dan satu lagi yang membuat penulis menaruh hormat dan bangga kepadanya adalah manajemen waktu dan pola istirahatnya. Hingga dinihari sekali pun beraktivitas, tetap saja jam bangunnya subuh atau di pagi hari. Sebuah kebiasaan yang penulis masih sulit untuk mengikutinya setiap saat.

Melalui catatan ini, izinkan penulis menyampaikan beribu terima kasih atas berbagai pembelajaran berharga selama ini. Doa kami selalu teriring, semoga selalu diberi kesehatan melimpah. Diberi kemudahan untuk niat baiknya mewakafkan diri membangun Sulsel.

Selamat ulang tahun Bapak Ichsan Yasin Limpo. Kami bangga berjuang bersamamu untuk melanjutkan kemajuan Sulsel!

Makassar, 9 Maret 2018

Arif Saleh
Eks Jurnalis Koran SINDO