Sepucuk Surat Menyayat Hati, Yusuf K Mariajeng Pulanglah Adindaku
Adindaku Yusuf, sungguh berat perjuangan dan pengorbananmu untuk memiliki “HAKMU” adinda, hanya karena proses yang tak kunjung usai ini “Siri’mu” sudah kau gadaikan, harga dirimu telah di permainkan…
Andindaku Yusuf, Luar biasa ketabahanmu ndik…
ingat ndik Ucu, pengorbanan terbesarmu untuk himpunan ini, saat dirimu sedang “bertarung” untuk himpunan, Ibundata tercinta terbaring di rumah sakit, saat dirimu berangkat ke kota sana untuk menjemput Hakmu, Ibundata dalam masa kritis, belum juga dirimu kembali demi sebuah hak, saat dirimu masih memperjuangkan hakmu dan komitmen keberhimpunanmu engkau di paksa untuk kembali ke kota yang kental akan “Siri'” ini, Ibundata masih menunggu, dan tuhan pun berkendak lain, saat engkau belum mendapatkan hakmu Ibundata direbut oleh yang kuasa, sungguh berat pejuanganmu dinda, momen yang seharusnya waktumu lebih banyak untuk mendampingi Ibunda tercinta di hari2 terakhirnya tetapi untuk sebuah hak, kau memilih jalan yang berbeda hanya untuk himpunan ini…
Yusuf K Mariajeng, Pulanglah adindaku…lanjutkan proses yang seharusnya engkau lanjutkan saat ini, bawalah kenang2an dari sana, buatlah catatan hidup yang tidak akan mungkin kau lupakan, catatan saat “Siri’mu” di permainkan oleh mereka, saat kau tempatkan dirimu sebagai adik, saat kau tempatkan dirimu di bawah kaki mereka untuk meminta hak, saat harga dirimu sudah kau hilangkan, saat dirimu menangis di ujung telpon…
Andikku Ucu, bila di kota sana harga dirimu “Siri’mu” sudah di permainkan dan kau tak bisa kembalikan seperti semula, maka pulanglah ke kota kita, “Paentengngi Siri’mu” di tanah ini, andikku jangan ragukan sahabat-sahabatmu di tanah Mangkasara, bila cara mendapatkan “HAKMU” dan “Patottongngi Siri’mu” harus kau bayar dengan tetesan darah maka lakukanlah…kami siap berdarah denganmu ndik.!!!
” Toddopuli temmallara’ ”
Tanah “Siri” Mangkasara. (*)