“Penghasilan pedagang di sini cuma terbatas dari menjual salak yang langsung dimakan. mentah. Ini kan tidak tahan lama, jadi kalau sudau busuk tidak bisa lagi dijual,” terangnya.

Setelah membeli salak di sejumlah kios, NH pun memakan buah tropis ini. Ia senang dengan rasa salak terasa lebih manis yang dijajakan di kawasan ini.

Karena itu, dirinya berkomitmen untuk memaksimalkan potensi daerah penyalur salak ini. Untuk meningkatkan pendapatan pedagang, kata dia, ia akan memfasilitasi pemberdayaan pedagang salak dalam pengolahan agar bisa bertahan lebih lama.

“BUMDes ke depan akan dijadikan sebagai ujung tombak ekonomi kerakyatan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki masing-masing desa. Kalau penghasil salak seperti ini, BUMDes akan menggandeng pedagang untuk pengolahan salak menjadi kripik, manisan supaya tidak membusuk saja,” jelasnya. (*)