Sisihkan Ratusan Peserta, Tim Gifood Juarai Telkom Hackathon 2018
Bandung, Matasulsel – Setelah sukses melahirkan entrepreneur digital sejak tahun 2015, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) kembali mengadakan Telkom Hackathon 2018.
Ajang yang diikuti ratusan tim anak muda kreatif dari seluruh Indonesia ini merupakan kompetisi pengembangan aplikasi bisnis digital menggunakan platform digital touch point Telkom terbaru bernama xsight.
Para peserta dapat memanfaatkan xsight untuk mengakses Application Programming Interfaces (API) yang siap digunakan dengan lebih mudah dan cepat.
Dari serangkaian proses penjurian, tim dewan juri akhirnya memilih Gifood asal Yogyakarta sebagai 1st Winner dan The Best General category App, Sorella asal Jakarta sebagai 2nd Winner, 35utech asal Bandung sebagai The Best E-Commerce App, KODE Indonesia asal Jakarta sebagai The Best Fintech App dan DB2 asal Jakarta sebagai The Best Logistic App pada Grand Final Telkom Hackathon 2018 yang diselenggarakan di Bandung Digital Valley, Jl Gegerkalong Hilir, Kota Bandung, Minggu (25/2).
Keempat tim tersebut berhak mendapatkan hadiah uang tunai senilai total Rp 200 juta. Selain itu, dua tim terbaik mendapat kesempatan untuk melaksanakan studi banding ke dua perusahaan digital dunia, yaitu Liferay di Sydney dan Cellum di Budapest.
Tim Gifood sukses menyabet juara pertama seluruh kategori dengan aplikasi bernama sama. Kegunaan Gifood adalah sebuah platform online untuk menghubungkan mereka yang memiliki makanan berlebih dengan mereka yang lebih membutuhkan.
Juara kategori logistik adalah DB2 (HappyDeliv), penyedia layanan yang memungkinkan perusahaan pengiriman barang memberikan fasilitas real-time tracking bagi konsumen mereka.
Juara kategori fintech Kode Indonesia dengan Digital Koperasi Fintech, yakni platform koperasi digital yang membantu pengurus koperasi dalam pengelolaan operasional dan membantu nasabah koperasi bertransaksi dengan Tmoney dan Finpay.
Terakhir, juara kategori e-commerce adalah 3Sutech dengan aplikasi Tukang Dagang. Dengannya, terdapat aplikasi untuk setiap tukang dagang (tetap dan keliling) dalam meningkatkan promosi berbasis teknologi berupa pemberian informasi tukang seperti kontak, produk, jam operasional, bahkan lowongan kerja kepada masyarakat.
Direktur Digital & Strategic Portfolio Telkom David Bangun memberikan apresiasi kepada seluruh finalis, khususnya para pemenang.
“Selamat kepada para tim yang menjadi pemenang pada Telkom Hackathon 2018. Ajang ini kami selenggarakan untuk menjaring developer-developer terbaik Indonesia yang kreatif dan inovatif. Telkom Hackaton yang telah kami selenggarakan sejak tahun 2015 ini juga merupakan upaya Telkom dalam membangun ekosistem digital untuk memfasilitasi para entrepreneur digital Indonesia, khususnya generasi muda,” ujar David.
Selain Telkom Hackathon, Telkom juga telah menginisiasi program inkubasi dan pengembangan start-up melalui program Indigo serta membangun fasilitas penunjang ekosistem digital seperti
Digital Innovation Lounge (DILo) dan Digital Valley atau creative center. Seluruh fasilitas tersebut tersebar di seluruh Indonesia.
Dua puluh finalis Telkom Hackathon 2018 yang terpilih mendapatkan kesempatan untuk mengikuti rangkaian kegiatan mulai dari pendalaman API, pengumpulan prototype aplikasi, dan program coaching clinic oleh team ahli agar mampu menyempurnakan aplikasi yang mereka kirimkan.
Finalis juga mendapatkan kesempatan memperbaiki aplikasi mereka dengan mentoring spesial sebelum akhirnya mempresentasikannya ke tim juri di tahap terakhir.
“Pengembangan ekosistem digital, termasuk penyelenggaraan Telkom Hackathon ini merupakan wujud komitmen Telkom untuk memajukan entrepreneur digital bangsa sekaligus mendukung cita-cita pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara,” tutup David.
Tim juri kompetis ini terdiri dari tim internal PT Telkom dan external. Juri internal PT Telkom antara lain diwakili Tri Gunadi, EVP Divisi Business Service PT Telkom Indonesia. Sedangkan tim juri eksternal terdiri dari pakar teknologi Indonesia yaitu Didik Partono Rudiarto dari ASPILUKI (Asosiasi Piranti Lunak Telematika Indonesia), Andy Zaki/MIKTI (Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Inovasi dan Komunikasi Indonesia), Prof. Richardus Eko Indrajit/APTIKOM (Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komputer Indonesia), Betty Alisjahbana/AOSI (Asosiasi Open Source Indonesia), dan I Gusti Manik/Rocklife Systems Inc. (*)