Makassar, Matasulsel – Direktur Eksekutif Duta Politika Indonesia (DPI), Dedy Alamsyah Mannaroi, menyoroti hasil survei untuk Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsel 2018 yang dirilis oleh lembaga survei Indo Barometer.

Dedy membeberkan sederet kejanggalan hasil survei Indo Barometer yang menempatkan Nurdin Abdullah (NA) berada pada posisi teratas. Mulai dari kesan keberpihakan pada kandidat tertentu hingga permasalahan etika dan politik survei.

Dedy mengatakan kejanggalan pertama adalah penulisan The Professor untuk NA. Bupati Bantaeng itu menjadi satu-satunya kandidat yang diberikan gelar khusus. Adapun kandidat lainnya hanya dituliskan namanya. Dari situ, publik bisa menilai ada kesan keberpihakan.

“Keberadaan tagline The Professor pada tiap akhiran nama Nurdin Abdullah ini sama saja menggiring pemilih. Terlebih dilakukan dalam presentasi hasil survei. Catat, ini jelas sangat tidak beretika,” kata Dedy, saat dihubungi Jumat, (17/11/2017).

“Sudahlah, jangan lagi bermain politik survei. Ada beberapa etika survei yang ternyata tidak digunakan. Ingat, memesan survei diperbolehkan, tapi memesan hasil survei sangat tidak diperbolehkan karena akan merugikan lembaga dan si pemesan,” sambung Dedy.

Dedy melanjutkan kejanggalan ketiga adalah korelasi pengerjaan survei dengan jumlah responden. Diketahui survei Indo Barometer diambil pada 6 sampai 11 November 2017 dengan jumlah sampel sebanyak 800 responden. Menurut dia, lama pengerjaan proyek tersebut terbilang singkat dengan banyaknya responden yang dilibatkan.

Berdasarkan hasil survei Indo Barometer, NA menempati urutan pertama dengan perolehan dukungan 26,3%. Disusul Ichsan Yasin Limpo (IYL) sebesar 16,4%. Kemudian Nurdin Halid (NH) dengan elektabilitas 10,5 % dan posisi buncit yakni Agus Arifin Nu’mang 5,9%.

Indo Barometer juga merilis masih ada suara mengambang yang cukup signifikan. Diketahui, yang belum memutuskan sebesar 23,4% serta tidak menjawab 15,4%. (*)