Lebih lanjut, Baharuddin menyebut karya IAS di Makassar selama dua periode kepemimpinan memang masih membekas hingga sekarang.

Banyak warisan IAS yang masih dirasakan manfaatnya hingga kini dan berdiri kokoh di Kota Daeng. Tak heran, IAS dijuluki Bapak Pembangunan Makassar.

“Bocoran hasil survei yang menyebut IAS sebagai cagub paling berpengalaman di pemerintahan itu hal yang wajar,”

“Ya, karena IAS meninggalkan legacy yang manfaatnya dirasakan hingga kini. Intinya, semua itu berkat karya nyata selama dua periode memimpin Makassar,” tuturnya.

Semasa kepemimpinan IAS di Makassar, sejumlah capaian bersejarah berhasil diukur. Dari sisi perekonomian, Kota Daeng menjadi daerah dengan laju ekonomi yang sangat signifikan.

Bahkan, mencapai dua digit, tepatnya 11 persen pada 2013. Itu tidak hanya mengalahkan rata-rata nasional, tapi bahkan Tiongkok.

IAS juga sempat masuk nominasi wali kota terbaik dunia 2014 versi worldmayor.com, bersama wali kota Bandung Ridwan Kamil dan wali kota Surabaya Tri Rismahirini ketika itu. Mereka dinominasikan sebagai wakil terbaik dari benua Asia

Bukan itu saja, IAS sempat dinobatkan sebagai 10 Tokoh TEMPO 2008 bersama 9 kepala daerah lainnya.

Itu tidak lepas dari keberhasilan sosok yang dijuluki Bapak Pembangunan Kota Makassar itu menyulap lapangan Karebosi menjadi lapangan sepak bola pertama di Indonesia yang memiliki basement pusat perbelanjaan modern. Tanpa mengganggu APBD sama sekali.

Selanjutnya, dari sisi pembangunan infrastruktur pun sangat pesat di masa kepemimpinan IAS.

Selain berhasil melakukan revitalisasi Lapangan Karebosi, IAS juga merupakan wali kota yang berhasil mengubah wajah Pantai Losari menjadi lebih baik, sebagai salah satu landmark kota ini.

“Di masa IAS pulalah Piala Adipura kembali didapatkan setelah lama absen. Kalau tidak salah, Makassar dapat Piala Adipura tahun 2013 setelah terakhir dapat di zaman Malik B. Masri saja,” pungkasnya. (*)