Tablig Kebangsaan Bersatu Menjaga Kedaulatan NKRI Dari Paham Radikalisme
“Kalau boleh bertanya, mampukah kalian menyambut tantangan umat dan bangsa ? Sudahkah dipersiapkan semua itu ? Saya sering bertanya merah putih itu tidak ada tulisannya yang ada hanya warna merah dan putih namun terdapat ruh didalamnya yang sebagian mungkin belum sampai kepada anak cucu kita.”ujar Habib Lutfi.
Beliau menyampaikan bahwa merah itu berani dan putih itu suci, namun ada tiga pokok ruh dalam merah putih yakni yang pertama kehormatan bangsa. Sejauhmana kita menjaga ruh yang ada di dalam merah putih maka kita sebagai umat hanya bisa mendoakan. Semoga merah putih tetap jaya. Kedua, harga diri bangsa; kalau merah putih diinjak secara sengaja apakah kita ridho ? Tidak, maka hentikan kalau tidak ! Terakhir jatidiri bangsa; membangun jatidiri bangsa itu merupakan ruh daripada merah putih untuk mengetahui kembali rasa nasionalisme yang juga memiliki ruh yakni sejarah”.
Sebagai contoh kalau seorang anak mau mendengarkan riwayat hidup dan mau mengetahui bagaimana lelah letihnya mencari nafkah, biar perut kosong tetap jalan narik becak, anak akan tahu sejarah hebat akan pahlawan keluarga maka akan timbul rasa. Kapan saya akan membahagiakan keluarga; kapan saya bisa mengangkat derajat orang tua; dan kapan bisa berbuat baik kepada orang tua maka dari itu rumah tangga sangat mudah di obok obok bila anak sudah tidak menghormati orang tuanya, tapi apabila anaknya mengingat jerih payahnya membangun keluarga Insha Allah anak tidak akan mudah dibentur-benturkan imbuh Habib Lutfi.
“Nasionalisme dengan rasa memiliki diperoleh dari mengetahui sejarahnya, contoh lain kita ziarah ke Maulana Syarif Hidayatullah Sunan Ampel yang sekarang menjadi pasar, begitu anehnya seorang yang meninggal 440 tahun lalu bisa menjadi ekonomi masyarakat melalui pasar-pasar yang banyak dikunjungi di Sunan Ampel; mengapa kita yang masih hidup tidak bisa ? Apa kita tidak malu, belum wali yang lain sebagi contoh yang luar biasa”
“Kadar bobot iman seseorang adalah kecintaannya pada Rasul; cinta pada Rasul dibuktikan juga cinta kepada sahabat, sanak saudara dan keluarga Rasul, kalaupun kita cinta Rasul apalagi terhadap tanah air; kalau cinta tanah air luar biasa pasti dapat menutupi aib dan mampu menasehati dengan baik. Begitupun cara menghancurkan umat yaitu kurangi kepercayaan terhadap rasul dan ulama serta habaib; kemudian penilaian bahwa rasul adalah manusia biasa; diputarbalikan dan menjadi opini publik; kendorin dan keroposin aparat TNI dan Polri; kalau perlu benturkan; setuju tidak kita dipecahkan ? Tidak sahut jamaah, maka dari itu kita kuatkan kecintaan terhadap rasul, habaib, ulama, tanah air, bangsa dan negara; siapa lagi kalau bukan kita; nah, kalau kita sudah tahu jangan kasih celah sebesar rambutpun; kita rapatkan barisan dan eratkan pegangan tangan.”ujar Habib Lutfi.
Ketua Umum Yayasan Ana Muslim Sunni Syafi’i (Yamsyi) Turmudi Hudri memetik kesimpulan bahwa peranan Tokoh Muda NU Kabupaten Bogor sangat penting menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tokoh Muda NU Kabupaten Bogor mempunyai sikap jelas untuk mempertahankan Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945 diharapkan mampu menjadi benteng Kabupaten Bogor dari ancaman kelompok radikal yang ingin memecah belah Indonesia (*)