Jakarta, Matasulsel – Setelah pindah dari Golkar, Syahrul Yasin Limpo (SYL) mematok target tinggi bersama NasDem. Di partai barunya, mantan Ketua DPD II Golkar Sulsel itu mengumbar janji kejayaan. SYL ingin membawa NasDem tampil sebagai pemenang pada Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Optimisme SYL membawa NasDem berjaya patut diragukan bila merujuk pada rekam jejaknya selama menakhodai Golkar. Partai berlambang beringin bahkan dibuatnya meranggas. Padahal, Golkar sangat berjasa membawanya bertahta menjadi Gubernur Sulsel. Ironisnya, SYL gagal membalas budi, dimana kursi Golkar dari Sulsel di Senayan semakin merosot.

Berdasarkan data, kursi Golkar dari Sulsel untuk DPR RI anjlok di era kepemimpinan SYL. Dari mulanya mencapai 9 kursi pada Pileg 2009, terpangkas hampir separuhnya menjadi 5 kursi pada Pileg 2014. Kemunduran Golkar di tangan SYL juga terlihat pada perebutan kursi pimpinan DPRD di 24 kabupaten/kota.

Faktor utamanya adalah SYL sebagai ketua Golkar Sulsel ketika itu juga mati-matian memperjuangankan sejumlah keluarganya yang maju lewat partai lain.

Pada Pileg 2014, SYL hanya mampu mengantarkan kader menjadi Ketua DPRD pada 16 dari total 24 kabupaten/kota lingkup Sulsel. Padahal, periode sebelumnya hanya satu daerah yakni Sinjai, dimana kader Golkar tidak memimpin DPRD.

Lalu, di tingkat provinsi, perolehan 18 kursi yang stagnan merupakan kemunduran. Pasalnya, ada penambahan 10 kursi di DPRD Sulsel ketika itu.

“Jadi kalau NasDem nanti pada akhirnya semakin jaya, Itu Karena NasDemnya sendiri yang sudah hebat. Karena Rusdi Masse yang berhasil membangun NasDem hingga seperti itu. Berat jika dianggap karena SYL-nya,” katanya.

Kegagalan SYL juga tampak pada tumbangnya incumbent yang juga kader Golkar pada sejumlah pilkada, semisal di Pilkada Luwu Utara. SYL yang kini menjabat selaku Ketua DPP NasDem Bidang Otonomi Daerah pun tidak mampu menciptakan stabilitas semasa menakhodai Golkar.

“Kepindahan SYL ke NasDem tidak akan mempengaruhi kinerja Golkar. Tidak perlu saya paparkan lebih jauh, data dan fakta sudah berbicara. Kita doakan saja beliau (SYL) bisa sukses dan lebih berguna di tempat barunya,” kata Wakil Koordinator DPD I Golkar Sulsel Bidang Perdagangan dan Perindustrian, Muhammad Yasir, saat dihubungi Selasa, 24 April.

Menurut Yasir, Golkar Sulsel kini jauh lebih solid di bawah kepemimpinan Nurdin Halid (NH). Memang masih ada turbulensi, tapi semuanya masih dapat ditangani. Perlahan tapi pasti, NH meletakkan pondasi dasar loyalitas dalam berpartai. Itu ditunjukkan bukan sebatas omongan, tapi sikap, dimana mantan Ketua PSSI itu tetap bertahan di Golkar, apapun tantangannya.

“Pak NH, Pak Idrus Marham dan Pak Jusuf Kalla merupakan contoh nyata kader Golkar yang patut jadi teladan. Loyalitas mereka tanpa batas. Tidak pernah silau dengan jabatan dan tetap setia mengabdi kepada Golkar, meski banyak tawaran menggiurkan,” ucap Yasir yang juga mantan Ketua Departemen Pemenangan Pemilu Wilayah Sulawesi DPP Golkar.

Yasir menyebut NH dan Idrus Marham bukanlah tipe politisi kutu loncat yang hanya mengejar kekuasaan. Mereka setia pada partai yang membesarkan, meski diterpa masalah sebesar apapun. Ia mengenang pada suatu masa kepemimpinan di DPP Golkar, NH dan Idrus tidak mendapatkan posisi strategis.

Kala itu, banyak parpol yang berasal dari embrio Golkar menawarkan jabatan strategis kepada NH maupun Idrus. Tapi keduanya sama sekali tidak meliriknya. Dengan tegas, NH dan Idrus menolak dan mengikrarkan janji setia kepada Golkar. “Mereka telah memberikan bukti teladan bagi kader Golkar. Tidak ada ambisi kekuasaan,” pungkasnya. (*)