Bone, Matasulsel – Sulsel Baru yang digagas Nurdin Halid-Aziz Qahhar Mudzakkar (NH-Aziz) tidak sebatas mencita-citakan pemerataan di bidang infrastruktur. Pasangan nomor urut satu ini juga bertekad menghadirkan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Termasuk untuk kalangan guru dan honorer diupayakan memperoleh pendapatan yang layak. Terlebih honorer yang beban kerjanya berat diusahakan mendapatkan insentif setara Pegawai Negeri Sipil (PNS) alias Aparatur Sipil Negara (ASN).

NH mengaku sangat memahami kehidupan para guru maupun honorer. Toh, semasa kecil, ayahnya yang berprofesi guru harus banting tulang mencari nafkah untuk membiayai keluarga. Penghasilan seorang guru kala itu sangat pas-pasan, sehingga sang ayah juga mesti bertani. “Saya paham kehidupan guru karena saya anak guru dengan penghasilan pas-pasan, maka saya tahu lika liku kehidupan guru. Kita tidak boleh biarkan pengabdi negara tidak mampu biayai keluarga. Tidak boleh di era modern ini,” kata NH.

Hingga kini, menurut NH, masih banyak guru yang belum memiliki rumah pribadi. Olehnya itu, pasangan Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar tersebut berencana meningkatkan angka tunjangan kinerja bagi guru. Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia itu bahkan mengaku timnya tengah melaksanakan pendataan guru, guru honorer dan pegawai honorer di Sulsel sehingga dana yang dibutuhkan dapat segera diketahui.

“Untuk honorer, yakinlah menjadi PNS itu penuh keterbatasan. Kalau kewenangan ada di gubernur tentu 100 persen seluruh honorer akan saya angkat, tapi ini yang tentukan pusat. Tapi karena ketebatasan jumlah, saya janji tingkatkan kesejahteraan seluruh pegawai honorer bisa sama dengan PNS,” tuturnya.

Perhatian NH terhadap guru sudah ditunjukkannya dalam berbagai kesempatan. Selain memasukkan peningkatan kesejahteraan guru dalam program kerja, NH pernah menuangkan rasa simpatinya terhadap kalangan Oemar Bakri melalui surat terbuka pada pertengahan 2017. Kala itu, ia bercerita tentang perjuangan ayahnya yang seorang guru merangkap petani. Figur tersebut, diperkenalkan lebih jauh di sebuah buku yang NH tulis dengan judul ‘Sosok Tanpa Nama Besar’.

“Guru itu adalah suami dari seorang isteri dan ayah dari 11 orang anak. Tentu dapat dibayangkan, bagaimana sosok guru itu menghidupi keluarganya dan menyekolahkan anak-anaknya, hingga semuanya meraih sarjana dari gaji yang terkadang hanya cukup hingga pertengahan bulan. Sosok guru itu adalah ayah saya, yang sering disapa sebagai Tang (tuan) Guru Halid,” tulis NH.

NH melanjutkan kesuksesan yang diraihnya sebagai pengusaha sukses dan politikus andal pun diperoleh dari didikan guru sejatinya yakni sang ayah. Karena itu, ia mengaku tidak akan pernah lupa dengan profesi guru. Terlebih, ayahnya memang pernah berpesan untuk senantiasa peduli dengan nasib guru. NH mengaku sampai sekarang nasihat ayahnya itu masih terus terngiang di telinganya.

“Jangan pernah merasa rendah diri, meskipun engkau hanya anak seorang guru. Jika kelak engkau berhasil, jangan pernah melupakan bahwa engkau anak seorang guru. Dan, karena orang tuamu seorang guru, maka perlakukanlah semua guru sebagai orang tuamu,” sebut NH mengutip pesan sang ayah. (*)