Menurut dia, pilihannya mendukung NH-Aziz karena menginginkan adanya perubahan di Gowa dan di Sulsel. Sudah terlalu lama, sambung dia, daerah ini dipimpin oleh satu keluarga layaknya dinasti. Sulsel butuh pemimpin baru dengan ide cerdas dan jaringan luas di tingkat nasional untuk bergerak lebih maju dan mensejahterakan masyarakatnya.

“Kita bosan selamanya dipimpin oleh dinasti, kita ingin dipimpin oleh orang baru, orang yang lain (dari lingkaran dinasti politik). Kalau tidak, ya sama saja kita kembali ke zaman dulu, melangkah mundur,” tuturnya.

Lebih jauh, Syarifuddin juga mengungkap adanya intimidasi dan intervensi dari oknum tertentu bagi yang berseberangan pilihannya pada Pilgub Sulsel 2018. Mulai dari penahanan pembangian bantuan beras sejahtera hingga ancaman penundaan gaji bagi aparatur. “Intinya ada intimidasi yang dirasakan sepanjang tidak mengikuti,” keluhnya.

Ia juga bercerita adanya intervensi dari oknum tertentu yang melarang pihaknya memasang baliho NH-Aziz. Padahal, alat peraga itu dipasangnya bukan di jalanan sehingga tidak melanggar dan mengganggu. “Saya pikir kalau pasang di pekarangan tidak masalah. Tapi, daripada ribut ya kita turunkan saja,” pungkasnya. (**)