Tradisi Erang-Erang Dalam Pesta Perkawinan Suku Makassar di Desa Paitana
Oleh : ZULKARNAIN, S.TP
Narasumber Wawancara Skripsi Mahasiswi Universitas Islam Negeri Makassar
JUDUL : “Tradisi Erang-Erang Dalam Pesta Perkawinan Suku Makassar di Desa Paitana”
ERANG-ERANG atau seserahan adalah tradisi adat istiadat suku Bugis Makassar sebagai rangkaian prosesi dari kelengkapan pernikahan. Biasanya tradisi Erang Erang ini terdiri dari ucapan sumpah, buah, kue dan perlengkapan untuk kebutuhan pengantin perempuan.
Adapun makna dan tujuan dari tradisi Erang-Erang ini adalah pesan, nasehat dan peringatan kepada kedua pengantin dalam menjalani bahtera rumah tangga bahwa pernikahan tidak sekedar ikatan secara fisik yang bertemu, tetapi juga ikatan batin dari kedua pasangan laki-laki dan perempuan.
Ikatan batin yang di maksud adalah ikatan batin kepada sanak saudara antara keluarga pihak pengantin laki-laki dan pihak pengantin perempuan.
Tradisi Erang-Erang ini sudah ada dari zaman ke zaman dan dari masa ke masa dan tetap berlanjut sampai sekarang. Saat ini banyak yang memaknai bahwa Erang-Erang adalah sebuah hadiah atau mencerminkan kemampuan ekonomi pihak pengantin laki-laki.
Dalam tradisi Erang-Erang ini, buah-buahan yang biasa di bawa adalah tebu yang mana bagian paling bawah tebu itu biasanya manis tetapi semakin keujung rasanya menjadi pahit.
Hal ini memberikan peringatan kepada kedua pasangan pengantin bahwa janganlah bersifat seperti tebu awalnya adalah berkasih sayang, riang gembira, menyatu dengan keluarga, tetapi lama kelamaan kondisi kebahagian itu menjadi pudar, sering bertengkar dan pada akhirnya berujung duka karena manis hanya di awal kemudian pahit di ujung.
Demikian halnya dengan buah pisang satu tandan memiliki gambaran bahwa buah pisang paling bawah itu memiliki buah yang besar, tetapi semakin keatas semakin kecil. Hal ini memberikan peringatan kepada pasangan pengantin bahwa janganlah bersifat seperti buah pisang dalam satu tandan itu yang mana awalnya bahagia tetapi kemudian berujung perpisahan atau duka.
Demikian halnya dengan buah-buahan lainnya seperti buah pinang atau buah kelapa yang dibawa pada saat tradisi Erang-Erang memiliki makna simbolik sebagai peringatan kepada kedua pengantin tentang makna berumah tangga.
Melihat kondisi sekarang, banyak masyarakat tidak mengetahui makna dan tujuan tradisi Erang-Erang apalagi makna simbolik yang tersimpan dalam tradisi Erang-Erang atau seserahan.
Tradisi Erang-Erang sebagai sebuah budaya menjadi obyek kekayaan kebudayaan dan akan mendukung pemajuan kebudayaan sesuai dengan Undang Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Salam Lestari Budaya. (*)