Luwu Utara, Matasulsel.com – Aksi demo sejumlah aktivis yang minta penghentian aktivitas Pabrik Kelapa Sawit ( PKS ) PT Jas Mulia yang diunggah di Media Sosial  facebook ternyata Viral di tengah masyarakat.

Ada yang mendukung, tapi tidak sedikit mereka yang tidak setuju  penutupan PKS. Akun FB Mahmuddin yang sebelumnya memposting  tuiisan “Rame di media cetak dan online, hasilnya saya dapat kabar Dirjen Perkebunan sudah buat tim dan akan turun ke Lapangan mengevaluasi semua PKS yang tidak memiliki Kebun Inti. Tanggapan Netizen saling bertautam hingga ratusan dalam beberapa jam saja,”

Salah satu netizen Nirwan Jusuf menulis bahwa yang dibutuh petani sawit di Lutra adalah bagaimana harga bisa sama dan setara dengan daerah lain.

Harga termurah TBS di Republik ini ada Lutra, yaitu Rp. 1120 per kg, yg sampai ke Petani Rp. 800 per kg karena ada biaya antara. Sementara di daerah lain paling rendah Rp. 1400 per kg, atau ada selisih Rp. 280.000 per ton dengan Lutra.

Iklim kompetisi dengan cara membangun beberapa PKS, mungkin akan bisa memberi solusi harga, dan itu yg terjadi di Mamuju.

“Saya sendiri sudah pernah bawa sawit ke Mamuju beberapa tahun lalu, jarak yang sangat jauh makanya saya berhenti. PT Jas Mulia yang baru setahun beroperasi, diharapkan meningkatkan harga utk setara daerah lain, ternyata belum bisa sampai sekarang. Kita berharap Pemda Lutra agak longgar dalam memberi izin ke investor, terutama PKS, tapi ternyata tidak juga.

PT Pharma Darma Global Sawit (PDGS) akan membangun PKS di Lampu Awa, tapi Pemda Lutra mewajibkan PDGS untuk memberi tunai sebagai jaminan, sementara PDGS hanya mau dalam bentuk asset sebagai jaminan, disitu tidak ada titik temunya,” ungkapnya.

Di lain sisi, ada PKS yang tidak memenuhi syarat utama yaitu lahan inti, malah sudah beroperasi.

Satu juga kendala yang harus diatasi, yaitu bak tampung CPO terutama di Pelabuhan Tanjung Ringgit Palopo. Berapa banyak pun PKS kalau bak tampung tidak memadai, tetap TBS busuk.