Makassar, Matasulsel – Bakal Calon Wakil Gubernur Sulsel, Aziz Qahhar Mudzakkar, menegaskan sistem ekonomi kerakyatan yang diusungnya bersama Nurdin Halid (NH) merupakan yang terbaik bagi Indonesia dan Sulsel. Toh, sistem ekonomi itulah yang paling identik dengan ekonomi Pancasila yang merupakan falsafah bangsa ini.

Bersama NH, Aziz menegaskan hanya pihaknya yang berani dan benar-benar menunjukkan keberpihakan pada rakyat kecil melalui sistem ekonomi Pancasila. Saat ini, diakuinya banyak pihak yang telah meninggalkan sistem ekonomi tersebut dan condong pada sistem ekonomi kapitalis maupun neo-liberal.

“Kami pejuang ideologis! Sikap ideologis kami jelas, kami pernah menjadi aktivis dan itu tidak pernah luntur. Kami sangat ideologis dan memberikan tempat seluasnya bagi ekonomi Pancasila, bukannya ekonomi kapitalis atau ekonomi neo-liberal,” kata anggota DPD RI tiga periode tersebut, Kamis, 14 Desember.

Menurut Aziz, Indonesia maupun Sulsel tidak akan berkembang bila tidak merubah haluan menjadi ekonomi kerakyatan. Semangat itu jangan hanya ada pada Undang-Undang Dasar, tapi mesti diterapkan dalam keseharian. Toh, banyak negara yang telah berhasil maju dan berkembang berkat sistem ekonomi kerakyatan.

“Coba lihat Finlandia, dimana kesejahteraan masyarakat di sana lebih merata. Hotel dan mal dimiliki oleh koperasi, berbeda dengan di negara ini (Indonesia). Orang-orang cerdas pasti bisa melihat bahwa kecenderungan dunia saat ini telah menempatkan kapitalis dan neo-liberal sebagai masa lalu,” ulasnya.

Para pejuang dan pendiri bangsa Indonesia, Aziz menyebut sebenarnya merupakan orang-orang yang sangat visioner. Mereka telah merumuskan ekonomi Pancasila atau ekonomi kerakyatan. Ironisnya, sistem tersebut malah tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih jauh, Aziz memaparkan pembangunan juga harus dilakukan secara seimbang antara fisik dan karakter serta ilmu. Sebagaimana amanah pendiri bangsa dalam lagu Indonesia Raya. Terdapat bait ‘Bangun Jiwa dan Badannya’ yang memberikan penegasan bahwa pembangunan infrastruktur mutlak disertai pembangunan karakter.

“Kalau hanya membangun infrastruktur tanpa disertai SDM, maka bangsa ini hanya akan terpuruk,” pungkas dia. (*)